Membersihkan Telinga

Wednesday, January 26, 2011

Mengingat kompleksnya organ telinga, jangan sembarangan membersihkannya.
Susunan organ telinga tidak hanya terdiri dari daun telinga, melainkan ada bagian luar dan dalam telinga. Yang harus mendapat perhatian ekstra adalah bagian dalam telinga, karena di sini terdapat organ-organ pendengaran. Jangan sekali-kali Anda membersihkan bagian dalam telinga bayi, karena pendengarannya bisa jadi korbannya.
Ini kiatnya!
Banyak orang tua takut membersihkan telinga bayinya yang baru lahir. Karena, biasanya bayi bergerak-gerak terus, sehingga Anda takut melukai telinganya atau membuat kapas bertangkai (cottonbud) malah terdorong masuk ke telinga bagian dalam.
Tak perlu takut membersihkan telinga bayi. Dengan memperhatikan hal-hal berikut, telinga bayi Anda jadi bersih dan pendengarannya pun tak terganggu.
• Bersihkan telinga bagian luar. Telinga bagian luar terdiri dari daun telinga dan lubang telinga. Kerangka daun telinga dan sepertiga bagian luar lubang telinga terdiri dari tulang rawan yang elastis, sehingga aman untuk dibersihkan.
• Jangan bersihkan lubang telinga bagian dalam. Bagian ini belum bisa dimasuki kapas bertangkai. Selain itu, kotoran telinga bayi berbeda dengan orang dewasa yang lebih rentan terhadap debu dan cepat kotor.
• Senandungkan lagu-lagu lembut dan ajak bayi “bercakap-cakap”, agar kegiatan membersihkan telinga menyenangkan hatinya.
• Siapkan terlebih dahulu peralatan yang dibutuhkan, seperti baby oil, kapas bertangkai dan kapas bulat.
• Basahi kap as bulat dengan baby oil, angkat kepala bayi,


lalu bersihkan bagian depan dan belakang daun telinga dengan hati-hati.
• Bersihkan ceruk-ceruk (lekukan) pada daun telinga dengan kapas bertangkai yang sebelumnya sudah diberi baby oil. Lakukan hal yang sama untuk telingan lainnya.
• Selesai membersihkan, keringkan telinga si kecil dengan handuk atau kain yang lembut.

(bid/berbagai sumber)

selengkapnya......

Sendawa, “Anti” Perut Kembung

Wednesday, January 19, 2011

Bersendawa setelah minum susu penting bagi bayi, sebab akan menghindarkannya dari perut kembung.
Ketika bayi Anda menyusu, seringkali udara ikut-ikutan masuk bersama susu. Biasanya, volume udara yang tertelan oleh bayi yang minum ASI lebih sedikit ketimbang bayi yang minum susu botol. Nah, volume udara yang masuk ini akan lebih banyak lagi jika cara menyusunya kurang tepat, si kecil tidak tenang, atau baru saja menangis berkepanjangan akibat marah atau kelaparan. Kok, bisa? Ketika susu masuk ke dalam lambung bayi, udara yang masuk ‘tertahan' di bagian atas lambung. Akibatnya, perutnya kembung. Bayi pun jadi rewel.
Untuk menghindari perut bayi kembung, segera sendawakan setelah ia menyusu pada masing-masing payudara. Sebenarnya, ada 3 posisi yang umum digunakan untuk menyendawakan bayi. Tapi, setiap bayi biasanya punya posisi favorit yang ‘menurutnya' paling nyaman. Jadi, pandai-pandailah ‘membaca' isi hatinya.
• Posisi menghadap ke belakang
• Letakkan handuk kecil atau saputangan pada bahu Anda untuk menahan muntahan susu.
• Gendong bayi menghadap ke belakang dengan bertopang pada bahu Anda.
• Tegakkan tubuhnya dan biarkan kepalanya bersandar di bahu Anda.
• Gunakan satu tangan untuk menahan tengkuk dan bokongnya, sementara tangan lainnya mengelus-elus punggungnya sampai dia bersendawa.
• Posisi tengkurap di pangkuan
• Telungkupkan si kecil di atas pangkuan.

• Topanglah dadanya dengan tangan agar kepalanya sedikit lebih tinggi dari tubuhnya.
• Elus-elus punggungnya sampai dia bersendawa.
• Posisi digendong di depan
• Gendonglah bayi dengan cara menyangga tengkuk dan bokong di depan tubuh Anda.
• Usahakanlah agar kepalanya sedikit lebih tinggi dari dadanya.
• Letakkan handuk kecil atau saputangan di dadanya untuk menampung muntahan.
• Elus-elus punggungnya sampai dia bersendawa.

(bid/berbagai sumber)


selengkapnya......

Cara Tepat Menggendong Bayi

Thursday, January 13, 2011


Setelah 9 bulan merasakan hangatnya suasana dalam kandungan bunda, tubuh bayi baru lahir masih terus membutuhkan kehangatan tersebut. Menggendong dan memeluknya adalah cara tepat untuk menggantikan semua itu.
Menggendong bayi baru tampaknya gampang, tapi bisa juga merepotkan bagi yang tak biasa. Misalnya, tangan mana dulu yang sebaiknya menyentuh si kecil? Bagian mana dari tubuhnya yang perlu disangga? Kapan Anda dapat mengangkatnya? Jangan khawatir! Ikuti saja cara-cara berikut ini. Ditanggung Anda langsung mahir menggendong si buah hati!
• Ketika bayi Anda telentang di atas tempat tidur, sisipkan salah satu telapak tangan (tangan kiri, misalnya) di punggung dan bokongnya. Kemudian, sisipkan telapak tangan kanan Anda ke belakang leher dan kepalanya.
• Angkat si kecil secara perlahan. Seluruh tubuhnya tersangga dengan baik dan kepalanya tidak akan berputar karena sudah disangga oleh tangan kanan Anda.
• Dengan hati-hati, pindahkan kepalanya ke bagian dalam siku atau bagian dalam lengan Anda. Dalam keadaan ini, bayi merasa nyaman karena kepala, leher dan seluruh tubuhnya tersangga dengan baik.




• Untuk memeluk bayi dan menyandarkannya ke bahu Anda, sangga leher dan kepalanya dengan tangan yang lebih bebas (tidak menyangga leher dan kepala), lalu pindahkan posisi bayi menyandar ke bahu. Sangga berat badannya dengan cara meletakkan telapak tangan di bokongnya. Jaga kepala dan lehernya yang masih lemah dengan telapak tangan yang lain

(bid/berbagai sumber)

selengkapnya......

Panduan Menyiapkan Perlengkapan Bayi

Tuesday, January 11, 2011


Sekarang ini berbagai perlengkapan bayi semakin beragam dan juga makin lucu-lucu modelnya. Alhasil, kalau tidak hati-hati, Anda bisa lupa diri dan memborong banyak barang yang mungkin sebenarnya tak esensial. Itulah pentingnya membuat daftar kebutuhan. Tidak ada salahnya Anda membuat break down rinci dari kebutuhan (calon) bayi. Selain perabotan seperti boks/tempat tidur, changing table, lemari atau rak pakaian, bayi juga membutuhkan banyak perlengkapan lainnya, mulai dari pakaian, kosmetik bayi, kereta dorong (stroller), dan lain-lainnya. Anda dapat mengelompokkan menurut jenis barang maupun sifat kegunaannya. Setelah itu, Anda dapat menentukan barang-barang apa yang akan Anda prioritaskan untuk dibeli. Tak ada salahnya bila Anda menerima hand me downs (lungsuran) dari saudara. Ini malah menguntungkan, karena Anda dapat mengalokasikan dana untuk hal atau keperluan lain.

Kebutuhan Pakaian dan Perlengkapan dari Kain Lainnya
- Minimal 2 lusin (24 buah) popok kain. Pilih yang tidak terlalu tipis tapi mudah menyerap air (misalnya, kain tetra), atau
- Bila Anda memutuskan untuk menggunakan popok sekali pakai, perhatikan benar jenis dan modelnya. Bagi bayi baru lahir, gunakan popok sekali pakai yang memang khusus untuk bayi baru lahir. Popok jenis ini memeliki lekukan di bagian depannya, tujuannya agar tidak menutupi pusar yang belum lepas.
- 1 lusin (12 buah) blus tak berlengan. Pilih bahan yang mudah menyerap keringat, bisa katun atau bahan kaus yang halus dan tidak tebal.
- 1 lusin (12 buah) blus berlengan pendek. Pilih bahan yang sama seperti blus tak berlengan.
- 3-6 buah blus tangan panjang dengan jenis bahan yang sama seperti kedua jenis blus diatas. Bila Anda tinggal di daerah yang cuacanya dingin, mungkin bayi Anda membutuhkan lebih banyak.
- Kain flanel. Meski Anda tidak berencana untuk membedong bayi, sebaiknya tetap sediakan barang ini. Anda dapat menggunakannya sebagai selimut harian atau alas perlak. Bila bayi Anda menggunakan popok kain, sediakan minimal 2 lusin (24 buah).
- 6-12 pasang kaus kaki atau lebih, bila sehari-hari bayi Anda lebih sering memakai popok kain.
- 2 buah topi bayi
- 2 buah selimut bayi
- Minimal 2 buah seprai.
- Minimal 2 buah handuk besar (untuk alas mandi atau menutup tubuh bayi setelah dimandikan)
- Minimal 2 buah handuk kecil (untuk mengeringkan tubuh bayi setelah mandi)
- Minimal 2 buah waslap. Tapi sebaiknya sediakan 4 waslap (2 waslap khusus untuk mandi, dan 2 waslap lagi khusus untuk membersihkan bagian bawah tubuh bayi jika ia buang air besar).
- Ada baiknya menyediakan celana pendek (setidaknya 1 lusin) dan celana panjang (lebih sedikit dari celana pendek), karena sekarang ini orantua cenderung memakaikan popok untuk bayinya hanya 1-2 bulan saja.
- Bagi Anda pengguna setia popok kain, jangan lupa untuk menyediakan;


--3-4 celana plastik
--2 buah perlak. 1 khusus untuk di boks/tempat tidur bayi, 1 lagi untuk diletakkan selain di boks.
--Popok sekali pakai untuk cadangan (tak perlu banyak).

Catatan Tambahan :
- Bila Anda memutuskan untuk menggunakan popok sekali pakai sebagai popok harian si kecil, Anda harus tertib mengganti popok dan benar-benar memperhatikan kebersihan area genitalnya. Sesekali, biarkan bayi Anda bebas dari popok sekali pakai selama 1 hari penuh agar kulit, di daerah yang biasanya tertutup, dapat ’bernafas’.
- Bila Anda berencana untuk memakaikan sarung tangan kepada si kecil, Anda harus mengganti sedikitnya 2 kali sehari. Tak perlu menyediakan terlalu banyak (4-6 pasang cukup, karena memakaikan sarung tangan lebih dari 1 bulan juga tidak dianjurkan. Setiap mengganti sarung tangan, pastikan Anda membersihkan telapak tangan bayi. Buka kepalan tangannya, lap dengan waslap basah. Sela-sela jari-jarinya juga harus dibersihkan. Setelah kering benar, baru pakaikan sarung tangan yang baru.
- Meskipun Anda mulai memakaikan celana pada bayi, sebaiknya jangan buru-buru menyingkirkan popok-popok kainnya. Sampai bayi Anda bisa tengkurap (3-4 bulan), memakaikan popok kain terbukti lebih praktis dan memudahkan kerja Anda bila si kecil buang air besar, apalagi di malam hari.

fr. ibudananak.com

selengkapnya......

Stimulasi Indera, Eratkan Ikatan Batin

Thursday, January 6, 2011


Begitu lahir, si kecil sudah sangat peka dan sadar terhadap lingkungan. Ia siap belajar segala hal.
Langkah pertama yang harus dilakukan bayi baru lahir adalah menjalin ikatan (bonding) lahir batin dengan orang-orang yang paling dekat dengannya, yakni ayah dan bundanya. Karenanya, manfaatkan semua indera Anda, termasuk intuisi, untuk membaca isyarat-isyarat dari si kecil, sebagai ‘bahasa’ universal untuk berkomunikasi dan menjalin ikatan batin dengannya.
Terjalinnya ikatan batin itu diawali lewat sentuhan dan tatapan mata. Bayi akan menggunakan seluruh indera yang dimilikinya tidak saja untuk mengenal Anda, melainkan juga jatuh cinta pada Anda. Setelah Anda dan si kecil saling jatuh cinta, maka apa yang Anda rasakan di lubuk sanubari Anda itulah makna ikatan batin atau bonding yang sesungguhnya.
Pandangan
Kemampuan penglihatan bayi masih sangat terbatas. Jarak pandang terjauhnya tidak lebih dari 25 cm. Maklumlah dunianya masih sebatas payudara ibu saat ia disusui.
Ikatan batin antara Anda dan si kecil melalui indera penglihatan terbentuk melalui tatapan mata. Yaitu tataplah mata si kecil sesering mungkin, terutama pada saat menyusuinya. Biarkan jari-jari mungil tangannya meraih serta menyentuh wajah Anda sebagai upaya untuk lebih mengenal Anda, orang yang paling dekat dengan dirinya.
Sentuhan
Menurut A. Christine Harris, PhD, psikolog anak di Consumnes River College, California, Amerika Serikat, sentuhan sangat besar maknanya bagi bayi. Sentuhan berperan sebagai pelengkap ‘pelajaran pertama’ mengenal dunia barunya, yang dilakukan bayi pada hari-hari pertamanya.
Untuk membantu fungsi indera si kecil, sentuhlah kulitnya yang halus dan lembut sesering mungkin. Sensasi pada ujung-ujung saraf peraba Anda pada kulit si kecil memungkinkan Anda berdua untuk saling mengenal lebih dalam satu sama lain, sebagai proses terciptanya ikatan batin yang kuat.
Pendengaran
Telinga merupakan salah satu dari ‘pintu masuk’ informasi atau data ke dalam otak si kecil. Suara dan kata-kata lembut bernada positif, akan menjadi sebuah masukan data yang baik dalam benak si kecil.
Semakin banyak data baik yang Anda masukan ke dalam otak si kecil lewat pendengarannya, akan semakin kaya pula perbendaharaan si kecil tentang kebaikan. Ucapkanlah kata-kata positif dengan nada lembut di telinganya, baik dengan menyebut namanya, maupun doa serta harapan Anda terhadap si kecil.
Penciuman




Indera penciuman pada bayi sangat membantu dalam mengenali kedua orang tuanya, terutama ibunya melalui kegiatan menyusui. Christine Harris menyatakan bahwa sudah terbukti ibu dan bayinya dapat saling mengenali melalui bau tubuh masing-masing. Bau yang dikenali oleh bayi, akan membuatnya tenang dan tidak rewel, serta merangsang bayi untuk minum ASI dengan lancar.
Sekalipun indera merupakan alat bantu dalam menjalin ikatan batin antara Anda dan si kecil, tapi jangan terlalu memaksakan diri serta terlalu lama merangsang indera-inderanya. Sebab, bayi yang masih sangat kecil, biasanya hanya mampu bertahan menerima rangsang pada indera-inderanya selama beberapa menit saja. Jadi, biarkanlah ikatan batin antara Anda dan si kecil terbentuk mengalir apa adanya, sesuai naluri Anda masing-masing.

(Sri Lestariningsih Konsultasi ilmiah: dr. Eriyati Indrasanto, SpA, IDAI Jaya, Bagian Anak RSAB Harapan Kita, Jakarta )


selengkapnya......

BALITA ANDA BERSEDIH ?

Wednesday, January 5, 2011


Anak anda yang berusia 3 tahun ternyata tidak seriang biasanya, ia tidak ‘ceriwis’ saat pagi tiba, bukan tidak mungkin ia juga menolak untuk makan. Daripada bercanda bersama saudara-saudaranya, atau menggambar di bukunya, ia cenderung berada di tepi jendela sambil menatap kosong ke luar, mungkinkah seorang balita mengalami depresi ?
Seperti kebanyakan orang lainnya, anda mungkin berasumsi kalau anak pra sekolah terlalu kecil untuk merasa sedih. Tapi ada penelitian terbaru yang menyatakan bahwa depresi klinis itu ternyata tidak mengenal usia. Depresi – bahkan keinginan untuk bunuh diri – sama berpengaruhnya pada balita dan remaja seperti pada orang dewasa.
Para peneliti di Washington University School of Medicine, mengemukakan bahwa anak-anak mengalami symptom depresi yang sama seperti yang sering ditemukan pada orang dewasa, bahkan sama tingkat keparahannya. Menurut the National Mental Health Association, satu dari tiga anak di Amerika menderita depresi. Namun, walaupun sudah berbicara mengenai statistik, depresi tetap merupakan penyakit yang tak terdeteksi dan tak terawat antara anak-anak dan remaja. Tidak seperti bintik-bintik merah pada penyakit campak, atau hidung yang memerah pada penyakit flu, simptom depresi tidaklah terlalu kongkrit, dan sebagai konsekuensinya, seringkali hal ini tidak terdeteksi oleh orang tua.
Apa sih tanda-tanda depresi kanak-kanak ? Apa saja perilaku yang perlu diawasi oleh orang tua? Biasanya anak-anak yang menderita depresi secara persisten selalu terganggu, menarik diri, dan lethargic, kata Dr Elizabeth Rody, direktur medis serta psikiater anak dan remaja untuk Magellan Behavioral Health di New Jersey. Anak yang depresi juga kehilangan minat untuk melakukan kegiatan yang sebelumnya sangat mereka sukai, sementara simptom lainnya meliputi :
• Tangis terus menerus dan kesedihan persisten
• Kurangnya antusiasme atau motivasi
• Meningkatnya kemarahan
• Kelelahan kronis atau kekurangan energi
• Menarik diri dari keluarga, teman dan aktivitas yang tadinya disukai
• Perubahan kebiasaan makan dan tidur (adanya kenaikan atau penurunan berat tubuh yang terlihat jelas, suka sekali tidur, sulit tidur)
• Keluhan yang sangat sering mengenai masalah fisik, seperti sakit perut atau pusing
• Kurangnya konsentrasi dan suka lupa
• Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan
• Sensitifitas berlebihan sampai penolakan atau kegagalan
• Perkembangan mayor yang tertunda (pada balita – tidak berjalan, berbicara atau mengekspresikan diri )
• Bermain yang melibatkan kekerasan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, atau dengan tema yang sedih.
• Seringnya muncul pembicaraan mengenai kematian atau bunuh diri.
Tidaklah biasa bagi anak-anak untuk tetap merasa bersedih dari waktu ke waktu. Dengan mengetahui ini, bagaimana orang tua dapat membedakan fluktuasi mood normal dari depresi yang serius ? Jawabannya adalah pada durasi dari perilaku depresif tersebut.
Menurut Mental Health: A Report of the Surgeon General, anak-anak depresi mengalami episode depresi yang biasanya bertahan dari tujuh sampai sembilan bulan, meskipun beberapa ahli perkembangan anak yang mengatakan bahwa perilaku depresif yang bertahan lebih dari dua minggu memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Tapi bagaimana pun juga, paling baik adalah untuk membiarkan profesional di bagian kesehatan mental untuk memutuskannya.


Depresi bukanlah satu-satunya alasan adanya perilaku ‘nakal’ anak. Masalah fisiologis, seperti malnutrisi, mononucleosis, alergi dan penyakit lainnya dapat menimbulkan mood yang marah-marah, keletihan dan penarikan diri. Ini mengapa Rody menekankan bahwa orang tua harus membawa anak mereka kepada dokter keluarga terlebih dulu, sebelum membuat janji dengan seorang profesional kesehatan mental.
Bila ternyata anak anda bukan mengalami masalah kesehatan umum, maka langkah selanjutnya adalah untuk membuat janji dengan psikiater atau psikolog anak dan remaja untuk evaluasi. Sebagai tambahan dari serangkaian tes psikologis dan kerja darah, orang tua juga harus siap untuk me-review seluruh sejarah kesehatan anak.
Meskipun penyebab pasti dari depresi kanak-kanak tidak juga diketahui, penelitian depresi pada orang dewasa menyatakan bahwa tergantung pada predisposisi genetis dan pengaruh lingkungan. "Sebagian dari lingkungan dan genetik," kata Rody. "Bila dibandingkan antara depresi dengan penyakit jantung. Anda dapat memiliki sejarah sakit jantung di keluarga dan pada waktu yang sama anda tidak menjaga pola hidup anda. Keduanya mungkin menyebabkan anda terkena serangan jantung. Depresi juga seperti itu, disebabkan oleh kombinasi kompleks dari berbagai faktor."
Anak-anak yang orang tua atau/dan saudaranya menderita depresi lebih mungkin mengembangkan simptom penyakit ini. Tidak mampu belajar (Learning disabilities), seperti tidak mampu berkonsentrasi/hiperaktif, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan disleksia juga berkontribusi pada timbulnya depresi kanak-kanak. Faktor lingkungan yang membuat anak-anak berisiko menderita gangguan depresi meliputi pelecehan fisik, seksual, dan verbal, anak yang terlantar dan adanya sejarah pemakaian obat-obatan dalam keluarga. Perceraian serta kehilangan orang yang dicintai juga dapat menimbulkan emosi yang labil pada anak-anak, tapi tidak selalu merupakan penyebab depresi.
Meskipun anak anda baru balita, emosinya sangatlah nyata. Para ahli percaya bahwa makin banyak orang tua memberi perhatian pada perasaan anaknya, maka makin baiklah kemampuannya untuk mencari bantuan pada depresi. "Jika anak anda mengatakan, ‘saya sangat sedih dan ingin lompat dari jendela’, sebaiknya anda memandang perkataan ini secara serius, " kata Rody memperingatkan. Tanyakan pada anak anda hal-hal di bawah ini untuk mengetahui penyebab kesedihan anak anda :
• Apa yang terjadi hari ini sehingga kamu sangat sedih ?
• Apa yang membuat kamu bahagia ?
• Apa sih yang kamu cari ?
• Apa yang kamu inginkan terjadi padamu ?
• Jika kamu dapat merubah dirimu, apa yang ingin kamu ubah ?
Perawatan bagi anak dan remaja yang menderita depresi termasuk kombinasi dari psikoterapi individu dan konseling keluarga. Supaya optimal, menurut Rody, terapi haruslah melibatkan orang tua, saudara dan orang yang penting dalam kehidupan sang anak, seperti guru dan kakek-nenek. Perawatan lainnya meliputi terapi bermain, evaluasi berkelanjutan dan pada beberapa kasus, menggunakan obat. Obat antidepresi seringkali digunakan untuk merawat kasus depresi menengah. Yang penting juga, belumlah diijinkan untuk memberikan obat antidepresi pada anak di bawah usia 8 tahun.
(bid/berbagai sumber)





selengkapnya......

SEPERTI APA, SIH, REAKSI EMOSI PADA BAYI

Monday, January 3, 2011


Jangan salah, bayi pun bisa menunjukkan emosinya. Entah yang baik maupun tidak. Asalkan ditangani dengan baik, reaksi emosi yang jelek tak bakalan menetap hingga besar.
Sering, kan, melihat bayi menangis kala ia lapar. Sebelum diberikan susu, ia tak akan berhenti menangis, bahkan tambah keras. Tapi bila kebutuhannya segera dipenuhi, akan berhenti tangisnya.
Nah, menangis pada bayi, selain sebagai salah satu bentuk komunikasi prabicara untuk memberitahukan kebutuhan/keinginannya, juga untuk menunjukkan reaksi emosinya terhadap suatu keadaan yang tak menyenangkan. Reaksi emosi bayi yang demikian, menurut Dra. Dewi Mariana Thaib, sebetulnya masih wajar, karena si bayi bereaksi terhadap suatu keadaan yang tak menyenangkan, yaitu lapar. "Hanya saja, kalau reaksinya berlebihan, semisal menangis terus, meski sudah diberikan susu, berarti ada sesuatu pada dirinya. Apakah dia sakit atau ada suatu kelainan pada sarafnya," terang psikolog dari RS Bunda, Jakarta ini.
Sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui dan mengenal reaksi emosi bayinya. Sebab, reaksi emosinya ini akan berpengaruh pula nantinya pada kehidupan si anak, terutama pada penyesuaian pribadi dan sosialnya. "Di usia satu tahun pertama ini, bayi sedang beradaptasi dengan udara, makanan, dan lingkungan sekitarnya. Di usia ini pulalah emosinya mulai berkembang." Itulah mengapa, orang tua harus memperhatikan betul kebutuhan fisik dan mentalnya, sampai sekecil apa pun.
DAPAT DIBEDAKAN
Pada awalnya, terang Dewi lebih lanjut, saat lahir, reaksi emosi bayi masih sederhana, yaitu hanya mengungkapkan emosi kesenangan dan ketidaksenangan. "Ia akan bereaksi senang bila kebutuhan menyusunya terpenuhi, dengan mengeluarkan suara yang tampak puas. Sebaliknya, ia akan bereaksi tak senang dengan menangis bila popoknya basah."
Yang pasti, pada bulan-bulan pertama, ia tak memperlihatkan reaksi secara jelas, yang menyatakan keadaan emosinya yang spesifik. Misal, marah. Semua rasa ketidaksenangan akan diekspresikan dengan tangisan. "Nah, pada bulan-bulan pertama ini, respon orang tua terhadap bayi pun akan berpengaruh nantinya. Misal, jika pemberian susunya terlambat sementara bayi sangat lapar atau popoknya basah didiamkan saja, maka bayi akan merasa tak nyaman. Meski dia hanya bisa bereaksi dengan menangis, tapi bibit-bibit emosi rasa kecewa dan marah mulai timbul."
Mulai usia dua bulan bayi bisa bereaksi tersenyum bila dirinya merasa senang atau gembira. Usia tiga bulan mulai bisa bereaksi dengan mengeluarkan bunyi-bunyi yang mengungkapkan kekesalan, bila dirinya kesal atau marah, semisal, dia tak bisa menggapai mainannya. Kadang juga diungkapkan dengan tangisan dan jeritan.
Usia 6-9 bulan sudah mengenal rasa takut. Bukankah saat itu ia sudah mengenal orang-orang di sekitarnya? Hingga, kalau ia ditinggal oleh orang tuanya, ia akan merasa takut dan mulai mengeluarkan suara-suara ketakutan atau menangis.
"Pokoknya, makin usia bayi meningkat, reaksi emosinya makin dapat dibedakan dan bertambah. Sebab, sejalan dengan bertambahnya umur dan semakin matangnya sistem saraf serta ototnya, bayi pun mengembangkan berbagai reaksi emosinya." Misal, kalau di usia 2 bulan emosi kegembiraannya diungkapkan dengan tersenyum saja, maka makin lama dia bisa mengekspresikan kegembiraannya dengan mengeluarkan suara-suara ataupun tertawa kala diajak bicara oleh orang tuanya. Bahkan, ketika dia sudah bisa jalan dan berlari, bila ada timbul rasa gembira, dia bisa melonjak-lonjak atau berlari-lari.
Demikian pula dengan emosi takut. Biasanya bayi takut dengan kamar gelap, binatang, berada sendirian, serta orang yang asing baginya. Mungkin awalnya, kalau takut ia hanya bereaksi dengan menangis. Seolah dirinya tak berdaya dan seperti meminta tolong. Makin bertambah usia dan motoriknya pun berkembang, ia bisa bersembunyi di balik tubuh ibunya atau memeluk ibunya, menarik selimut untuk menutupi wajahnya, atau berlari menghindar dari sesuatu yang membuatnya takut.
Akan halnya rasa marah, misal, di usia 6 ­9 bulan, kala bayi sudah bisa melempar benda atau menghentak-hentak kakinya, ketika emosi marahnya terangsang, bisa saja reaksinya dengan melempar. Ketika reaksi tersebut dirasa menyenangkan dan dapat memuaskan emosinya, maka akan diulang kembali. "Nah, untuk mengetahui apakah si bayi memang betul-betul dalam emosi marah atau hanya ingin mencoba-coba melempar benda dalam arti dirinya sedang bereksplorasi, tentunya orang tua harus melihat, apakah memang ada kebutuhannya yang tak dipenuhi atau ada sesuatu yang membuatnya marah ataukah tidak."
MASIH BISA DIUBAH
Jadi, orang tua harus mengetahui dan mengenal reaksi emosi bayinya, entah yang baik maupun tidak. Jangan sampai, reaksi emosi yang jelek berlanjut sampai si bayi besar. Pasalnya, nanti anak akan belajar menggunakan reaksi ini sebagai alat untuk mencapai tujuannya. Apalagi di masa-masa emosi sulit, yaitu usia 0 hingga balita. Bukankah tak jarang kita lihat, anak kecil yang kalau marah tiduran di lantai, duduk menghentak kaki, memukul, atau melempar segala macam benda?
"Sebetulnya, bila baru berusia sampai setahun, emosi bayi masih bisa berubah karena baru muncul dan baru akan berkembang," kata Dewi. Itulah mengapa, orang tua harus tetap waspada dengan emosi bayinya. "Jika ada reaksi emosinya yang kurang baik, paling tidak, kita bisa menekannya atau meminimalkannya." Dengan kata lain, orang tua harus melatih pengendalian diri anak sejak dini.
Tapi melatihnya harus dengan konsekuen, lo.

Misal, bila bayi ingin minum susu dan menangis tak sabar, maka ibu harus segera meresponnya. Kalaupun harus membuatkan dulu susu botol, maka buatlah di dekat si bayi sambil mengajaknya bicara. Misal, "Iya, sabar, ya, sayang. Ini Ibu sedang buatkan susunya. Ibu tahu, kok, kalau Adek lapar."
Bila si bayi sudah bisa merangkak dan kita lihat tampaknya dia kesal karena sulit menggapai mainan yang diinginkan, maka kita bantu untuk memudahkan dengan cara mainannya didekatkan. Ketika dia sudah bisa meraihnya, kita beri pujian, "Hore! Pintar anak Mama. Capek, ya? Ayo, kita duduk dulu."
Begitu juga kalau si bayi sudah mulai banyak motoriknya, seperti bisa jalan atau lari. Bila reaksi marahnya dengan cara fisik, seperti menendang, melempar, atau memukul, maka kita harus selalu memberi pengertian. "Kalau kamu marah, tidak boleh seperti itu. Nanti kaki kamu jadi sakit kalau menendang kursi itu. Kenapa kamu marah? Bilang, dong, sama Ibu." Jadi, anak dilatih untuk dapat mengendalikan fisiknya. Hingga nantinya kalaupun dia marah, mungkin tak sampai bereaksi berbahaya dengan fisiknya. Mungkin hanya mimik mukanya saja yang tampak memerah.
Menurut Dewi, biasanya seiring usia bertambah, reaksi emosi dengan menggunakan gerak fisik/otot makin berkurang. Apalagi ketika anak sudah bisa bicara, maka reaksi emosinya akan diwujudkan dengan reaksi bahasa yang meningkat.
JANGAN BANYAK LARANG
Namun, dalam melatih atau mendidik emosi anak, disarankan tak banyak larangan karena akan menimbulkan rasa takut pada anak. Misal, "Adek, jangan main ke situ, ada kecoa, lo. Nanti digigit!"
Sebetulnya, papar Dewi, usia bayi belum menyadari ada tidaknya bahaya bagi dirinya, tapi karena mimik muka ibunya dan nada suaranya menakutkan, maka mengkondisikan si bayi akan rasa takut. "Larangan boleh saja kalau memang ada yang membahayakan. Kalau tidak, sebaiknya dihindari." Namun, dalam memberitahukannya harus dengan bahasa dan mimik muka yang baik.
Yang jelas, bila sejak bayi dilatih pengendalian emosi dengan baik, maka reaksi emosinya bisa ditanganinya dengan baik pula. Meski mungkin sifat jeleknya tetap ada, tapi tak terlalu menonjol. "Jadi, ini merupakan tindak pencegahan pula dari reaksi emosi negatif yang tak diinginkan."
Ingat, lo, bila tak sejak dini kita melatihnya, maka akan sulit mengubahnya ketika anak bertambah usianya. Bahkan mungkin saja reaksi emosi tersebut akan menetap sampai si anak dewasa. Tentunya kita tak menginginkannya demikian, kan, Bu-Pak?

Dedeh Kurniasih
fr. tabloid-nakita.com

selengkapnya......

TAK USAH CEMASKAN POSISI TIDUR BAYI

Sunday, January 2, 2011


Bayi baru lahir cuma bisa tidur telentang. Setelah usia 3 bulan, bayi bisa memilih sendiri posisi tidur yang nyaman baginya. Sampai-sampai, ada bayi yang tidurnya lasak.
Kala si kecil baru lahir, sering kita dinasehati untuk mengubah-ubah posisi tidurnya, terutama agar kepalanya enggak peyang lantaran tidur telentang terus-menerus. Bahkan, ada yang menyarankan supaya bantalnya diisi beras karena beras itu akan mengikuti bentuk kepala bayi.
Memang, aku dr. Eric Gultom, SpA dari bagian perinatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo, bisa saja terjadi kepala peyang jika bayi tidur dengan satu posisi saja. "Kepala bayi baru lahir, kan, belum menyatu tulang-tulangnya, jaringan-jaringannya belum tumbuh, masih longgar, dan banyak air. Hingga, bila ada tekanan pada satu sisi yang signifikan dan terus-menerus, menyebabkan kepalanya jadi peyang," terangnya. Tapi begitu tekanan pada satu sisi ini hilang, peyangnya juga hilang karena tengkoraknya masih berkembang dan tumbuh. "Jadi masih banyak pertumbuhan yang akan terjadi seperti daging, kulit, otak, dan tulang kepalanya, hingga peyangnya bisa hilang dan kepala jadi bagus kembali."
Lain hal jika ada faktor keturunan, misal, si bapak punya kepala bagian belakang yang datar (enggak bulat). "Nah, kebetulan anaknya membawa gen dari orang tuanya, hingga ia pun bisa jadi peyang kepalanya." Namun begitu, kepala peyang tak perlu dikhawatirkan karena tak akan membuat bayi jadi sakit. Jika selama ini kepala peyang kerap dipersoalkan, semata cuma lantaran estetika saja. Jikapun si kecil punya kepala peyang, toh, tetap tak mengurangi kegantengan atau kecantikannya. Iya, kan, Bu-Pak?
TIDUR TENGKURAP
Sebenarnya, tutur Eric, posisi tidur bayi bisa bermacam-macam. Tentu pada bayi baru lahir sampai usia 3 bulan, posisinya cuma telentang karena memang kemampuan motoriknya baru sampai di situ. Nah, kita bisa membantu mengubah posisinya dengan dimiringkan ke kanan atau kiri maupun ditengkurapkan. Namun, posisi yang disebut terakhir, hingga kini masih kerap diperdebatkan.
"Di negara Barat, tidur tengkurap dikaitkan dengan SIDS, yaitu Sudden Infant Death Syndrome atau sindrom kematian mendadak pada bayi. Secara statistik atau epidemiologi penelitian, SIDS banyak terjadi pada bayi yang tidur tengkurap," terang Eric. Apa penyebabnya tak diketahui, tapi kemungkinan lebih sering terjadi karena sofokasi, yaitu tersedak atau tercekik saluran napasnya hingga napasnya berhenti.
Toh, kita tak perlu khawatir karena kasus SIDS jarang ditemui di Indonesia. Selain itu, tidur tengkurap justru lebih baik karena banyak manfaatnya. "Ada literatur yang menyatakan, dengan tidur tengkurap, bayi jadi lebih nyaman, bisa tidur nyenyak, tangisnya berkurang, gerak pernapasan dan perkembangan motoriknya juga lebih baik."
Jadi, dari hasil penelitian ada yang mendukung namun ada juga yang tidak. Nah, kita mengambil jalan tengah saja; boleh tidur tengkurap asalkan tetap diawasi karena alasan sofokasi tadi yang bisa saja terjadi. Selain, harus diperhatikan pula apakah si bayi bermasalah atau tidak semisal lahir prematur.
MENCEGAH GUMOH
Kebanyakan bayi yang lahir sakit dalam arti dirawat di RS karena lahir prematur, minumnya pakai selang atau masih pakai bantuan mesin pernapasan, tidurnya diposisikan tengkurap atau miring ke kanan. Ini dikaitkan dengan waktu pengosongan lambung jadi lebih mudah. "Pintu lambung itu, kan, ada di sebelah kanan. Jadi, kalau dimiringkan ke kanan, minuman yang diminumnya masuk ke usus-usus hingga pintu pengosongannya lebih cepat," jelas Eric. Selain, posisi kepala yang agak lebih tinggi juga membantu dalam hal gravitasinya.
Itulah mengapa, kala bayi hendak dibawa pulang, pihak RS kerap menganjurkan agar bayi sering ditidurkan dalam posisi miring. Begitupun tidur tengkurap, "minuman yang masuk akan langsung masuk ke lambung, hingga bisa mencegah terjadi gumoh lebih banyak." Namun posisi-posisi ini lebih dianjurkan pada bayi yang menyusui dan umumnya usia di bawah sebulan. Soalnya, kalau sudah makan makanan padat seperti di usia 5 bulan ke atas, "posisi tak berpengaruh terhadap pengosongan lambung, karena di usia tersebut sudah jarang gumoh."
TIDUR LASAK
Setelah usia 3 bulan,


tidurnya tak lagi cuma telentang karena kini ia sudah banyak bergerak dan bisa berguling. Ia akan mencari posisi yang dirasanya enak semisal tengkurap. Tidurnya pun bisa berpindah-pindah alias lasak. Umumnya mengikuti pergerakan atau insting bayi di dalam rahim. "Nggak masalah, kok, selama hal itu tak menyebabkannya sakit. Malah boleh dibilang, perkembangan motoriknya bagus," tutur Eric. Tapi, apakah tidur lasak ini akan berlanjut atau tidak sampai besar, tak bisa dipastikan karena tak ada dasar ilmiahnya.
Perlu diketahui, bayi punya refleks dan insting sendiri untuk mencari posisi tidur yang paling enak, nyaman, dan tak membahayakan dirinya. Jadi, tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan posisi tidur si kecil, ya, Bu-Pak. Sekalipun saat terbangun dari tidur, ia sudah berada di posisi yang berbeda dengan saat ia mulai tidur. Yang penting diperhatikan, pagar pengaman sekeliling tempat tidur si kecil harus cukup kuat. Hingga, selasak apapun si kecil tak akan membuatnya terjatuh dari tempat tidur lantaran pagar pengamannya kuat. Tentu tempat tidurnya juga jangan terlalu tinggi, ya.
POSISI TIDUR TAK NORMAL
Bahwa ada posisi tidur yang membedakan antara bayi sehat atau tidak, memang benar. Perbedaan ini dilihat dari letak tangan, kaki, dan kepala. Dari situ dokter bisa mengetahui kelainan yang terjadi pada si bayi. Sayang, posisi tidur yang tak normal ini hanya "milik dokter", sebagaimana dikatakan Eric, "posisi-posisi tidur bayi yang sakit ini tak perlu diketahui khalayak umum karena lebih untuk kepentingan klinik, bukan perawatan di rumah."
Lagi pula, kejadiannya hanya ada di RS, jadi sebelum si bayi dibawa pulang. Bukankah kalau bayi sudah boleh dibawa pulang berarti ia sudah dinyatakan sehat oleh dokter? Jadi, posisi tidurnya pun sudah normal. "Hampir tak pernah ada bayi sehat yang dibawa pulang lalu datang kembali ke rumah sakit dengan keluhan posisi tidurnya, tapi lebih pada keluhan karena tiba-tiba ada sesuatu yang menyebabkan si bayi masuk rumah sakit seperti malas minum, suhu meningkat, muntah, mencret, dan sebagainya," tutur Eric.
Nah, sekarang sudah tak khawatir lagi, kan, Bu-Pak?

Dedeh Kurniasih .
Sumber: tabloid-nakita.com

selengkapnya......

Mengapa nafas bayi berbunyi?

Saturday, January 1, 2011



Hampir 80% anak-anak yang menderita asma menunjukkan beberapa gejala alergi di awal-awal kelahiran mereka. Namun demikian tidak selalu alergi penyebabnya bisa dikenali.
Itulah sebabnya Sekolah Kedokteran Harvard dan Sekolah Kedokteran Universitas Virginia bekerjasama untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang umum ditemukan pada bayi yang mengalami nafas berbunyi di awal kehidupan mereka.
Sebagaimana dilaporkan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, ternyata bayi yang nafasnya berbunyi ketika baru lahir bisa disebabkan karena berat badan saat kelahiran yang rendah, mereka yang mengalami infeksi saluran pernafasan, dan pengaruh ibu bayi yang perokok.
Selain itu,


salah satu faktor yang berisiko yang menyebabkan nafas berbunyi pada bayi adalah adanya masalah kebersihan dan pendapatan keluarga yang kurang, yang kemudian menimbulkan kehadiran kecoa di dalam rumah.

fr.satumed.com -

selengkapnya......
 
 
 

About Me

Total Pageviews