Berbicara Kepada Si Kecil

Sunday, February 20, 2011

Berbicara dan bercanda dengan bayi Anda termasuk bagian yang paling menyenangkan sebagai orang tua baru. Namun, aktifitas ini bukan sekedar kesenangan… ternyata bayi Anda juga akan belajar banyak lho melaluinya!

Setiap kali bermain bersama bayi Anda, sangatlah penting untuk menciptakan interaksi timbal balik yang penuh dengan kelembutan.
Tersenyumlah kepadanya dan tunggu dia untuk memperhatikan seksama wajah Anda dan membalas senyuman Anda.

Jika ternyata dia tersenyum kembali, Anda sebaiknya tersenyum lebih lebar lagi sambil menganggukkan kepala Anda. Dengan demikian dia akan tahu bahwa Anda senang jika dia membalas senyuman Anda.

Lakukan hal yang sama jika dia mengoceh. Balaslah ocehannya dengan senyuman dan tirulah ocehannya lagi. Jika dia membalas, maka balaslah lagi. Lakukanlah hal ini berulang-ulang.

Beginilah cara bayi Anda belajar berinteraksi dengan orang lain. Dengan cara ini pula dia menyadari bahwa Anda memperhatikannya. Ketika Anda berbicara kepada bayi Anda, maka suatu yang sangat penting terjadi… dia menyimak setiap perkataan Anda dan belajar membuat bunyi yang sama.

Bayi Anda belajar dengan cepat lho! Setiap Anda berbicara dengan lembut kepada bayi Anda dan ia membalasnya, maka Anda mulai mengenali suaranya. Seandainya Anda kemudian meniru suaranya, maka si kecil akan semakin bersemangat untuk membuat berbagai suara lainnya.

Si kecil sudah mulai belajar banyak hal semenjak dia lahir. Ketika Anda berbicara kepadanya, walaupun dia belum memahami apa yang Anda katakan, tetapi sebenarnya Anda sedang membantu otaknya berkembang.

Selain itu, dengan sering berbicara kepada bayi Anda, ia akan mengenal suara Anda sebagai orang tuanya dan ini akan semakin menguatkan ikatan antara kalian. ?

Selain berbicara, Anda juga bisa membacakan cerita kepadanya. Semakin dini kegiatan membaca ini Anda lakukan, pengaruhnya akan semakin besar untuk perkembangannya ke depan nanti.

Mulailah membaca untuknya dengan suara agak keras dan tidak perlu terlalu lama, karena ia hanya mampu menyimak dalam waktu yang singkat. Cukup beberapa menit saja, namun boleh agak sering.
Bayi Anda akan suka melakukan aktifitas apa saja berulang-ulang.

(bid/berbagai sumber)




selengkapnya......

Si Empeng Yang Kontroversial

Sunday, February 13, 2011

Empeng alias pacifier alias binky ini ternyata menimbulkan kontroversi yang cukup ‘seru’ di kalangan orangtua (apalagi orangtua baru !). Mungkin Anda termasuk orangtua yang ’anti’, karena pernah mendengar atau membaca pengaruh buruk penggunaan empeng terhadap kesehatan maupun kebiasaan anak. Rekomendasi WHO dalam 10 Langkah Sukses Menyusui, juga ’melarang’ pemakaian empeng atau dot pada bayi-bayi ASI.

Tapi tahukah Anda, tidak selamanya si binky ini buruk. Dia juga ada manfaatnya lho, asalkan digunakan pada saat-saat ia benar-benar dibutuhkan (key times), selalu dijaga kebersihannya, dan orangtua tahu kapan menghentikannya sebelum mengempeng menjadi kebiasaan buruk si kecil. Semoga informasi berikut ini dapat menambah wawasan Anda tentang pemakaian empeng.

Bayi tak butuh empeng (pacifier)
Faktanya: Bayi, terutama yang baru lahir, sering perlu ditenangkan. Terutama ketika mereka merasa lelah, bosan atau karena merasa belum nyaman dengan “dunia barunya”. Semua bayi, bahkan yang baru lahir, punya kebutuhan untuk mengempeng. Sebenarnya, sejak masih di dalam rahim pun janin sudah mengempeng jempolnya sendiri. Mengempeng memberikan efek menenangkan pada bayi sehingga ia dapat membuat dirinya sendiri merasa nyaman. Jika Anda sudah melakukan berbagai cara untuk menenangkan bayi Anda, - menyusui, mengayun-ayun, menggendong, menyanyikan lagu untuknya- tapi tidak berhasil juga, maka memberi empeng sebagai upaya terakhir untuk menenangkan si kecil, juga tidak ada salahnya.

Empeng (pacifier) dapat menyebabkan bayi mengalami bingung puting dan mengganggu kelancaran proses menyusui.
Faktanya: Ada benarnya. Namun, kedua hal itu dapat dihindari kalau empeng digunakan secara bijak. Sesungguhnya, bayi jauh lebih pintar dari yang Anda kira, lho!, dan tentu saja mereka tahu benar perbedaan antara puting ibu dengan empeng. Ketika tiba waktunya untuk menyusu, ibunya lah yang ia inginkan. Meski demikian, jangan kenalkan empeng sebelum bayi Anda memiliki pola menyusu yang stabil, yang biasanya dicapai setelah usia 1 bulan. Tujuannya, agar bayi Anda terlebih dulu ‘menguasai’ teknik menyusu. Jangan pula berikan empeng untuk menunda waktu menyusui. Sebelum memberikan empeng, pastikan bahwa bayi Anda tidak sedang lapar. Kalau bayi Anda lapar, segera susui dia. Kalau Anda selalu terburu-buru menjejalkan empeng ketimbang menawarkan ASI terlebih dulu setiap kali si kecil rewel, Anda jadi jarang menyusuinya. Akibatnya, produktivitas ASI Anda akan terganggu karena ASI itu diproduksi atas dasar supply on demand. Sebenarnya, penggunaan empeng secara bijak malah membantu untuk meningkatkan kualitas menyusui. Mengapa demikian? Karena, jika empeng dapat menenangkan bayi maka ibu dapat menikmati beberapa jam tidur yang tak terganggu. Dengan istirahat yang cukup, tubuh dan pikiran ibu akan lebih segar. Keduanya merupakan modal untuk meningkatkan produksi ASI.

Penggunaan empeng dapat merusak struktur gigi-geligi anak
Faktanya: Tergantung dari frekuensi, intensitas dan lamanya anak menggunakan empeng. Jika bayi Anda hanya sesekali mengempeng dan hanya sampai ia berumur 1 tahun, maka Anda tidak perlu khawatir dengan perkembangan giginya. Tapi jika anak Anda adalah “pengempeng” aktif dan meskipun umurnya sudah lebih dari 1 tahun ia masih tidak bisa lepas dari si binky, sebaiknya Anda segera berusaha untuk ‘menyapih’ si kecil dari empengnya. Karena hal tersebut dapat membuat gigi-geliginya tumbuh tidak sebagaimana mestinya, misalnya gigi menjadi agak maju (tonggos). Meskipun itu masih gigi susu, tetapi perkembangannya juga menentukan pertumbuhan dan letak susunan gigi permanennya nanti.

Susah sekali melepaskan si kecil dari empengnya
Faktanya: Kebanyakan bayi akan mengurangi sendiri ketergantungannya pada empeng di kisaran umur 6 – 9 bulan, ketika ia mulai merangkak dan menjadi lebih tertarik pada hal-hal lain. Saat bayi Anda menunjukkan tanda-tanda tidak atau kurang tertarik pada empengnya, jangan sodorkan empeng lagi. Mungkin akan lebih sulit melepaskan empeng pada saat bayi akan tidur malam. Tapi sebaiknya begitu umur 2 tahun, anak sudah benar-benar lepas dari empengnya. Usahakan untuk mulai menyapih (dari empeng) sebelum anak/bayi berusia 1 tahun. Mungkin orangtua tidak ’tega’, tapi perlu diketahui, proses penyapihan empeng ini jauh lebih mudah dilakukan di usia 1 tahun daripada ketika anak sudah lebih besar (2-3 tahun).

Sekali bayi mengempeng, ia akan tergantung pada benda tersebut untuk bisa tidur.
Faktanya: Ada benarnya, meski hal itu tidak selamanya buruk. Jika empeng dapat membuat bayi Anda cepat tidur dan membantunya membangun rutinitas tidur, tentu hal ini baik bagi Anda dan si kecil. Meski begitu, Anda juga harus mengajarkannya untuk tidak memakai empeng sepanjang malam. Bila bayi Anda sudah pulas dan si empeng terlepas, jangan masukkan kembali empeng tersebut ke mulutnya. Kalau ia terbangun, jangan buru-buru memasukkan kembali si binky, coba gunakan ’jurus-jurus’ lainnya terlebih dulu untuk menidurkan si kecil kembali. Pelan-pelan cobalah untuk menciptakan ritual sebelum tidur lainnya, untuk mengalihkan perhatian bayi/anak dari empeng. Membaca buku cerita bersama, misalnya.

Penggunaan pacifier dapat mengurangi resiko sindroma bayi meninggal mendadak (SIDS)
Faktanya: Benar, meskipun tidak berarti mutlak dapat mencegah SIDS. Menurut hasil penelitian (yang dilakukan oleh Fern R. Hauck, M.D., seorang associate professor di bidang pengobatan keluarga di University of Virginia Health System di Charlottesville), bayi-bayi yang menggunakan pacifier ketika tidur ternyata memiliki penurunan resiko mengalami SIDS sebanyak 3 kali dibandingkan mereka yang tidak menggunakan empeng. Karena mulutnya mengempeng, otomatis posisi muka bayi ketika tidur selalu menghadap ke atas (tidak tengkurap), sehingga pernafasannya lebih lancar.

Penggunaan empeng dapat menyebabkan bayi atau batita terkena infeksi telinga.
Faktanya: Benar. Aktivitas menyedot yang terjadi ketika bayi mengempeng dapat “menarik” cairan dari kerongkongan ke saluran tengah telinganya. Hal ini menyebabkan telinga si kecil lebih mudah terinfeksi bakteri. Teori yang lainnya adalah bayi-bayi bisa sakit akibat terpapar kuman-kuman yang mungkin ada pada empeng dotnya. Karenanya, bersihkan dan sterilkan empeng setiap hari dan jangan biarkan bayi maupun anak Anda yang lain bermain-main dengan empeng tersebut. Sangat dianjurkan, di usia 2 tahun batita Anda sudah bebas dari empeng.

Penggunaan empeng dapat mengganggu/menghalangi perkembangan kemampuan verbal anak (speech problems).
Faktanya : Benar, jika intensitas & frekuensi mengempeng bayi/anak tinggi. Mengempeng membuat bayi/anak merasa tenang, sehingga ia lebih senang ’mengenyot’ daripada ’mengoceh’. Padahal dengan mengoceh, bayi belajar berbicara. Kebiasaan mengempeng pada anak batita, membuat anak ’malas’ berceloteh. Padahal dengan banyak bicara/berceloteh, anak belajar untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya. Oleh karena itu, jangan berikan empeng pada saat bayi terjaga. Dorong bayi Anda untuk mengeksplorasi lingkungan sekelilingnya, ketika ia sedang terjaga.

Nah, jika Anda memutuskan untuk memberi bayi Anda empeng, sebaiknya perhatikan hal-hal berikut ini:
ü Jangan terlalu dini mengenalkan empeng. Tunggu hingga bayi Anda berusia 2-3 bulan, atau setidaknya 1 bulan.
ü Jangan terburu-buru memberikan empeng. Cobalah cara-cara lain terlebih dulu untuk menenangkan atau membuat nyaman si kecil.
ü Batasi pemakainnya. Gunakan empeng hanya pada saat-saat dimana berbagai jurus lain untuk menenangkan si kecil tak berhasil. Misalnya, ketika bayi sedang kolik atau sering terbangun malam.
ü Simak pula Tips untuk Menggunakan Pacifier Secara Higienis dan Aman berikut ini.


fr.ibudananak.com

selengkapnya......

Mengukur Suhu Tubuh Bayi

Thursday, February 10, 2011

Kini tersedia aneka jenis termometer di pasaran. Mana yang paling oke?
Suhu tubuh normal manusia adalah 36,5-37,5ºC. Jika naik mencapai 38ºC atau lebih, barulah disebut demam. Dan sebenarnya, demam adalah tanda tubuh sedang terinfeksi bakteri atau virus.
Kenali jenis-jenisnya
Kalau dulu Anda hanya mengenal termometer konvensional yang terbuat dari kaca dan berisi air raksa, maka kini ada beberapa jenis termometer digital di pasaran. Lalu apa kelebihannya?
Yang pasti, termometer digital dijamin akurat, karena memperlihatkan angka sampai bilangan yang terkecil. Juga, termometer jenis ini praktis dan hasil pengukurannya sangat cepat.
Sayangnya, termometer digital sangat rentan terhadap udara lembap dan air. Belum lagi, harganya lebih mahal ketimbang yang konvensional.
Di mana mengukurnya?
Bagian badan si kecil yang bisa jadi tempat meletakkan termometer adalah ketiak, mulut dan anus. Namun, akhir-akhir ini, teknologi termometer kian canggih, sehingga termometer bisa juga ditaruh di telinga dan dahi.
Hanya saja, termometer kaca sama sekali tidak dianjurkan untuk ditaruh dalam mulut bayi. Kenapa? Kalau pecah maka air raksa akan meracuni bayi.
Bagaimana termometer dimasukkan lewat anus? Sebenarnya, tidak jadi soal. Tapi, Andalah yang justru sering tidak tega melakukannya. Anda takut kan kalau-kalau memasukkannya terlalu dalam, sehingga malah mencederai si kecil? Makanya, mengukur suhu tubuh melalui anus sebaiknya dilakukan oleh petugas kesehatan saja. 

Laila Andaryani Hadis
Konsultasi ilmiah: dr. Setyadewi Lusyati, SpA, KK Perinatologi, RSAB Harapan Kita, Jakarta

Ukur secara Berkala
• Jika si kecil demam,

pantau kondisinya dengan cara mengukur suhu tubuhnya secara berkala. Kira-kira setiap 4-6 jam.
• Segera bawa ke dokter, bila suhu tubuhnya meningkat hingga lebih dari 40ºC.
• Bila suhu tubuh bayi masih berkisar antara 38-39º C, tunggu sampai ± 3 hari. Jika suhu tubuhnya tidak turun-turun juga, cepat bawa ke dokter.
Ini Penting Juga!
• Agar hasil pengukuran termometer akurat, tunggu sampai bayi Anda pulas dulu. Maklum, si kecil biasanya merasa geli kalau ketiak atau telinganya dimasukkan benda asing!
• Termometer khusus dahi belum banyak dijual di pasaran. Meski begitu, cara pemakaiannya mirip dengan termometer digital khusus telinga. Cuma, setelah menekan tombol pada body termomer, gerakkan termometer dari kiri ke kanan. Begitu pula sebaliknya









(bid/berbagai sumber)

selengkapnya......

Nina Bobok..., Oooo ...

Saturday, February 5, 2011

Banyak manfaat yang bisa dipetik bila si kecil tidur. Di antaranya adalah, merangsang tumbuh kembang otaknya. Tapi, bagaimana kalau ia kecil kurang tidur?
Tidur adalah aktivitas yang dilakukan oleh semua makhluk hidup, tak terkecuali manusia. Dan, dari bayi sampai manula, aktivitas yang satu ini memang tidak pernah absen dalam kehidupan kita. Apa sih untungnya tidur?
Tidur nyenyak = otak optimal
Urusan tidur ini sebenarnya banyak juga diulas oleh para ahli. Dan ternyata, tidur memberi efek yang amat positif bagi perkembangan si kecil. Yang paling penting, tidur merupakan salah satu rangsang bagi tumbuh kembang otak. Bahkan, aktivitas yang satu ini jadi ‘pintu' dari tumbuh kembang otak anak selanjutnya agar cerdas, berakal, dan berpikiran jernih. Kok bisa?
Memang, sekitar 75% hormon pertumbuhan dikeluarkan pada saat anak tidur, khususnya awal tahap ke-3 dan ke-4 tidur (lihat boks “Inilah Berbagai Tahap Tidur”). Tingginya kadar hormon pertumbuhan ini erat hubungannya dengan kondisi fisik si kecil. Pasalnya, hormon ini punya tugas merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan, serta mengatur metabolisme tubuh, termasuk juga otak!
Di samping itu, hormon pertumbuhan juga memungkinkan tubuh memperbaiki dan memperbaharui seluruh sel yang ada di tubuh. Mulai dari sel kulit, sel darah sampai sel saraf otak. Nah, proses pembaharuan sel ini akan berlangsung lebih cepat lagi ketika si kecil terlelap ketimbang saat bangun!
Juga, meningkatnya aliran darah ke otak selama tahap tidur REM (Rapid Eye Movement) atau tahap tidur aktif (lihat boks “Inilah Berbagai Tahap Tidur) berperan penting dalam kesehatan psikis dan aktivitas otak, sehingga memungkinkan optimalnya tumbuh kembang otak.
Bahkan, menurut teori autostimulation, tingginya komponen tidur REM pada bayi menunjukkan stimulasi yang terjadi di otak juga berlangsung lebih maksimal. Stimulasi ini tentulah amat penting bagi pertumbuhan sistem susunan saraf pusat si kecil.
Kalau si kecil kurang tidur...
Pada anak-anak, apalagi bayi, kurang tidur punya dampak yang sangat merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan fisiknya. Yang pasti, tidur punya andil dalam meningkatkan daya tahan tubuh si kecil terhadap infeksi. Jika tidurnya sampai terganggu, kadar sel darah putih dalam tubuh akan menurun. Kalau sudah begini, efektivitas sistem daya tahan tubuh anak juga ikut-ikutan menurun. Hasilnya? Si kecil gampang sakit, pertumbuhannya pun terganggu.
Tidak cuma itu, kurang tidur juga punya dampak terhadap tumbuh kembang otak anak, terutama kemampuan berpikirnya. Bagaimana mampu berkonsentrasi penuh kalau tubuhnya lelah. Akibatnya, kualitas kemampuan berpikirnya jadi rendah. Ujung-ujungnya ya berurusan dengan kecerdasan anak juga. Jadi, kalau Anda ingin si kecil mampu merespons atau memecahkan hal-hal yang harus dia pikirkan dengan baik, kondisi tubuhnya musti prima.
Selain itu, bayi yang kurang tidur bisa jadi rewel, cengeng, dan sulit diatur. Kalau sudah begini, Anda juga yang repot kan?
Cari sebab, lalu atasi
Kalau si kecil kurang tidur, Anda harus cari tahu dulu biang keladinya. Berikut beberapa hal yang sering membuat si kecil melek terus:
A . Batuk
Bisa jadi, ini merupakan gejala dari penyakit yang dideritanya, seperti asma, alergi atau flu. Bagaimana bisa tidur nyenyak kalau sebentar-sebentar si kecil uhuk-uhuk ?
Cara mengatasi: Gendong si kecil dan usahakan agar posisi kepala lebih tinggi dari kaki. Jangan lupa, beri minum agar tenggorokannya lebih nyaman.
B. Influensa
Penyakit ini juga bikin si kecil susah tidur. Hidungnya meler terus atau tersumbat, sehingga ia jadi susah bernapas. Padahal, ia tidak dapat membersihkan hidungnya sendiri.
Cara mengatasi: Jika bayi Anda berusia kurang dari 3 bulan, segera ke dokter anak. Kalau umurnya di atas 3 bulan, hubungi dokter jika influensa belum mereda setelah 5 hari. Untuk sementara waktu, Anda bisa menyedot ingusnya dengan alat penyedot ingus khusus untuk bayi ( nasal aspirator ) yang bisa diperoleh di apotik. Kalau hidungnya mampet , oleskan balsam khusus untuk anak-anak di dadanya. Setelah menghirup uap balsam tersebut, mampet bisa berkurang.
C. Overstimulasi
Terlalu banyak memberi stimulasi yang menyenangkan hatinya, seperti mengajak bermain terus, akan membuat bayi Anda semakin enggan tidur. Apalagi, kalau ini dilakukan dekat waktu tidurnya. Campuran antara rasa senang, lelah dan excited bisa membuat si kecil jadi susah memejamkan matanya.
Cara mengatasi: Kalau bayi Anda mulai mengucek-ucek mata atau menarik-narik telinganya, ini berarti ia sudah mengantuk. Jadi, cepatlah bawa si kecil ke boksnya. Jika ia tidak mau tidur juga, coba gendong dan buailah. Putarkan musik lembut bila perlu.
D. Kolik
Bila bayi menangis terus, bisa jadi ia mengalami kolik. Kolik memang ditandai dengan tangisan berkepanjangan (lebih dari 3 jam sehari dan paling sedikit 4 hari dalam seminggu). Meski begitu, ada gejala lain yang biasa menyertai, seperti susah didiamkan ketika menangis, wajahnya agak kemerah-merahan, serta kakinya diangkat-angkat (ditekuk ke dadanya). Gangguan ini biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama usia bayi.
Cara mengatasi: Begitu menangis, gendong dan ayun-ayunkan si kecil. Agar ia jadi lebih tenang, nyanyikan atau putar lagu yang disenanginya. Atau, tengkurapkan saja bayi Anda di atas pangkuan sambil usap-usap punggungnya.
E. Botol susunya
Banyak bayi yang tidak bisa memejamkan matanya kalau belum minum susu dari botol. Dan, “upacara” minum susu ini dilakukannya sambil tidur-tiduran. Cara ini sama sekali tidak dianjurkan! Bukan apa-apa. Bayi jadi tergantung pada botol susunya, serta enggan melepaskannya sebelum benar-benar terlelap. Padahal, membiasakan botol susu tetap berada di mulutnya sampai ia tertidur (dan Anda sering juga lupa melepaskannya!!) dapat menyebabkan kerusakan gigi.
Cara mengatasi: Sedikit demi sedikit kurangi jumlah susu dalam botolnya. Pada awalnya, mungkin ia akan menangis. Tak mengapa! Jika Anda tetap konsisten dan tegas, lama kelamaan kebiasaan ini akan hilang sendiri.
F. Menggoyang-goyangkan badan (rocking)
Beberapa bayi menggoyang-goyangkannya badan menjelang tidur. Dan ternyata, kebiasaan ini membuatnya jadi cepat pulas. Malahan, kalau “ritual” ini tidak dilakukan, ia sulit menutup matanya. Umumnya, kebiasaan ini terjadi ketika usianya sekitar 6 bulan.
Cara mengatasi: Tidak usah khawatir dan repot-repot menghentikan kebiasaan ini. Menggoyang-goyangkan tubuh ini bukan pertanda adanya masalah emosi atau perilakunya. Yang penting – dimanapun ia tidur, entah bersama Anda atau dalam boksnya – cegah jangan sampai tubuhnya membentur dinding atau pinggiran boks.
G. Lapar dan basah
Kalau tidak cukup makan atau minum, bayi bisa saja terbangun. Begitu pula kalau ia mengompol. Bayi usia 6 bulan bisa mengompol sebanyak 5-6 kali dalam semalam.
Cara mengatasi: Beri makanan dan minuman yang bisa melancarkan acara tidurnya, misalnya susu, satu jam menjelang tidur. Setelah tertidur, ia tidak akan kelaparan lagi, karena tidak ada energi yang keluar. Juga, segera ganti popoknya yang basah. Dengan begitu, kualitas tidur si kecil bisa meningkat.
Lingkungan musti mendukung
Lingkungan punya peran penting dalam urusan tidur si kecil. Dan, tidur harus merupakan sesuatu yang menyenangkan anak. Kalau suasana lingkungan tidak nyaman, misalnya panas atau bising, bisa jadi si kecil ‘membenci' kegiatan tidur.
Agar bayi cepat tidur, Anda perlu menciptakan suasana yang mendorong keinginannya untuk tidur. Misalnya, bila waktu tidurnya sudah tiba, kenakan piyamanya dan ajak si kecil ke kamar tidurnya. Lalu, ciptakan kondisi yang mendukung, seperti meredupkan lampu kamar dan suhu kamar dibuat senyaman mungkin. Nah, selamat tidur sayang...

selengkapnya......

Tips Membantu Bayi Yang Mengalami Konstipasi atau Susah Buang Air Besar

Friday, February 4, 2011

Bila bayi mengalami kesulitan untuk buang air besar maka sebagai orang tua kita akan menjadi kuatir. Kita akan membahas beberapa tips yang dapat membantu bayi anda.

Bila bayi mengalami kesulitan untuk buang air besar maka sebagai orang tua kita akan menjadi kuatir. Dibawah ini adalah beberapa tips untuk membantu bayi anda yang mengalami kesulitan sewaktu buang air besar atau disebut konstipasi.

• Berikan bayi anda lebih banyak cairan seperti air putih, susu atau setelah usia 4 bulan dapat diberikan jus buah yang diencerkan.

• Olahraga---bantulah bayi anda dengan melakukan exercise atau olah raga kecil dengan cara menekuk lutut bayi kearah perutnya secara lembut beberapa kali, yang akan membantu untuk mengeluarkan BAB (buang air besar).

• Berikan bayi anda mandi air hangat.

• Oleskan vaselin atau baby oil di daerah sekitar anus bayi.

• Setelah bayi mulai makan padat, berikanlah lebih banyak makanan yang berserat dari buah dan sayuran.

Kiranya tips diatas dapat membantu bayi anda yang mengalami kesulitan buang air besar.

Dan anda sebaiknya berkonsultasi ke dokter anda, bila:

• setelah merubah cara dan kebiasaan diet makan yang ada tetap tidak memecahkan masalah,
• bila bayi atau anak tampak sangat kesakitan,



• keluar darah di feses (tinja)
• terjadi robekan di daerah anus karena tekanan yang kuat.

© Dr.Suririnah-www.infoibu.com


selengkapnya......

Suapan Pertama Penuh makna

Tuesday, February 1, 2011

Makan adalah “pelajaran” baru bagi si kecil yang mulai mengenal makanan padat. Dan ternyata, banyak “keterampilan” yang harus ia kuasai.
Memasuki usia enam bulan, susu bukan lagi satu-satunya makanan bagi bayi Anda. Tapi, tunggu dulu. Anda tidak bisa langsung memberikan makanan padanya. Sebab, “pelajaran” makan si kecil haruslah berlangsung secara bertahap.
Kapan ia siap makan?
Kemampuan bayi untuk makan makanan padat memang tidak sama. Sekalipun demikian, para ahli sepakat, umumnya kesiapan bayi untuk makan makanan padat pertamanya berkisar antara usia 6–8 bulan.
Meski begitu, jangan mentang-mentang usia si kecil sudah 6 bulan, lalu Anda langsung bersemangat “menjejalinya” dengan seabrek makanan padat, hanya karena khawatir ia ketinggalan dari teman-teman seusianya! Umumnya, otot mulut bayi belum dapat mengunyah dan menelan makanan padat sampai usia 4–6 bulan. Maka, jangan heran kalau lidah si 6 bulan Anda malah “mendorong” makanan ke luar mulut mungilnya. Lihat-lihat dulu kemampuannya. Bila tidak, bisa-bisa urusan makan ini malah jadi runyam! Kalau sudah begini, apa yang bisa Anda lakukan?
Yang pasti, ketika memperkenalkan makanan padat, sistem pencernaan si kecil harus benar-benar “matang”. Pokoknya, sudah siap tempur untuk memproses berbagai jenis makanan baru yang masuk. Kalaupun Anda terlalu dini memperkenalkan makanan padat, bayi Anda malah lebih mudah terkena reaksi alergi. Jadi, tenang-tenang saja dulu.
Jangan coba-coba ambil jalan pintas!
Harus diakui, bukan hal yang mudah jika si kecil Anda susah banget belajar mengunyah dan menelan makanan. Sekalipun kepentok di sana-sini, jangan lantas ambil jalan pintas dengan cara memberikan makanan padat melalui botol.
Tahukah Anda, cara pemberian makanan seperti ini nggak aman-aman amat! Malahan, ini dapat meningkatkan risiko si kecil tersedak. Kok, begitu? Ketika Anda memberi makanan melalui botol (biasanya lubang dot akan diperbesar), makanan tadi akan langsung ditelannya. Jika ia belum pintar-pintar mengontrolnya, bukan tak mungkin ia langsung tersedak.
Bahkan, tak jarang, cara pemberian makanan ini justru menjadi salah satu penyebab anak “terlalu banyak” makan. Ia jadi cepat sekali menelan makanannya. Saking cepatnya, sekalipun perutnya sudah kenyang, sinyal yang bertugas memberitahu


kalau dia sudah kenyang “tidak sempat” sampai ke otak. Akibatnya, dia minta tambah terus dan terus. Wah, jadi repot lagi.
Selain itu, pemberian makanan lewat botol tidak akan mengajari si kecil menggunakan rahangnya untuk mengunyah. Padahal, proses belajar mengunyah, dan juga menelan, kelak penting untuk kemampuan bicara dan pertumbuhan gigi.
Belajar tidak berhenti di mulut saja
Proses belajar makan si kecil memang tidak berhenti sebatas mulut mungilnya saja. Ia masih harus belajar disiplin melalui tatacara makan yang sudah terpola waktunya. Misalnya, ketika didudukkan di kursi makan atau dipasangkan celemek, ia sudah tahu kalau “upacara” makan sudah tiba. Atau, ketika mencium harumnya aroma makanan yang sedang Anda siapkan, ia harus sabar menunggu. Tampaknya sepele memang, namun semua itu merupakan rangkaian dalam proses belajarnya.
Juga, ia akan belajar bahwa aktivitas ini bisa mempererat hubungan dengan Anda, bunda tercintanya. Melalui kontak mata ketika Anda mengajaknya berbicara ketika mempersiapkan makanan atau duduk di hadapannya, ia tahu kalau Anda sangat menyayanginya dan memberikan perhatian penuh. Akan lebih baik lagi, bila Anda selalu tersenyum ketika menyuapinya. Ketenangan Anda dan cara Anda memperlakukannya sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar makan si kecil.
Kesabaran untuk tidak terburu-buru ketika menyuapi, kepekaan mengetahui kondisi anak, kreativitas dalam memilihkan menu, serta menciptakan suasana makan yang menyenangkan merupakan kunci utama kesuksesan Anda dalam memberi makan pada si kecil. Siapkah Anda untuk itu?
Boks 1:
“Tanda” Siap Makan
• Ia tampak lahap ketika diberi ASI.
• Ia kelihatan masih lapar, sekalipun baru selesai disusui.
• Ia sudah bisa duduk tegak, serta mengontrol leher dan kepala ketika didudukkan di kursi.
Boks 2:
7 langkah Sukses
Awalnya, memang tidak mudah menyuapkan makanan padat pada si kecil. Selama ini, ia terbiasa minum susu, baik ASI maupun susu formula, yang bentuknya cair. Sekali glek , susu akan “meluncur” dengan mulusnya, tanpa harus “menyangkut” dulu di sana-sini. Tapi, jangan keburu panik dulu. Berikut kiat suksesnya:
• Makanan jangan terlalu kental . Kalau kental, si kecil susah menelannya.
• Jangan masak banyak-banyak . Cukup sekitar 2-3 sendok teh dulu.
• Gunakan sendok bayi. Sendok seperti ini banyak tersedia di pasaran.
• Mulailah dengan seujung sendok. Lalu, sentuhkan ke ujung lidah mungilnya. Cara ini cukup efektif saat memperkenalkan rasa baru.
• Kalau si kecil menolak. Ini karena ia belum terbiasa disuapi dengan sendok atau masih asing dengan aneka rasa yang “ajaib”.
• Jangan pernah putus asa. Kalaupun makanannya keluar lagi, ini tidak selalu berarti ia tidak menyukainya. Reaksi ini terjadi karena otot-otot lidah dan mulutnya belum cukup terampil untuk menelan atau mengunyah.
• Bersabarlah. Membiasakan si kecil makan makanan tertentu perlu waktu. Cobalah sampai beberapa kali selama berhari-hari. Beri kesempatan padanya untuk “merekam” aneka rasa dalam memorinya. Dengan begitu, diharapkan ia tidak terlalu “pemilih” nantinya.
Boks 3:
Kalau si Kecil Sulit Makan
Si kecil enggan membuka mulut? Itu biasa! Tapi, jangan paksa terus menyuapinya. Suasana makan yang tidak menyenangkan pada perkenalan makanan padat pertama bisa-bisa berbuntut panjang. Kelak ia malah jadi “jagoan” sulit makan.
Kalau bayi Anda kelihatan menolak makanan yang Anda sodorkan, ajak bicara dan “tariklah” perhatiannya melalui cerita, mainan, dan gambar yang bisa menggugah selera makannya. Besok, coba berikan kembali makanan yang sama. Proses pengenalan rasa makanan baru bisa berlangsung sehari, namun bisa pula sampai seminggu. Jika sudah terbiasa makan berbagai jenis makanan, berikan secara bergantian. Biar tidak cepat bosan!
Boks 4:
Sepele, Tapi Tidak Remeh
• ASI tetap merupakan makanan utama dan terbaik sampai usia 1 tahun.
• Jangan tambahkan gula, garam atau penyedap lain dalam makanannya.
• Selalu gunakan sendok bayi, lalu langsung suapkan makanan. Jangan dicicipi dulu.
• Jangan gunakan sendok bayi untuk mencicipi apakah makanan cukup hangat atau tidak. Gunakan sendok Anda sendiri.
• Buang makanan yang tersisa di piring, dan jangan diberikan lagi. Bisa jadi sudah banyak bakterinya.
• Segera simpan makanan bayi siap pakai yang sudah terbuka dalam lemari es.
• Buang makanan bayi buatan Anda atau kemasannya sudah dibuka dan tersimpan di lemari es hingga lebih dari 3 hari. Dikhawatirkan sudah “dihinggapi” bakteri.
• Makanan yang sudah dibekukan tidak boleh dipanaskan lebih dari sekali. Sebaiknya, ambil untuk porsi sekali makan saja, lalu masukkan sisanya di lemari es.
• Perhatikan dan hargai “sinyal-sinyal” si kecil ketika kenyang. Jangan terus memaksa untuk menghabiskan isi piringnya.
• Jangan tinggalkan bayi sendirian pada saat makan.
(bid/berbagai sumber)

selengkapnya......
 
 
 

About Me

Total Pageviews