Berbicara Kepada Si Kecil

Sunday, February 20, 2011

Berbicara dan bercanda dengan bayi Anda termasuk bagian yang paling menyenangkan sebagai orang tua baru. Namun, aktifitas ini bukan sekedar kesenangan… ternyata bayi Anda juga akan belajar banyak lho melaluinya!

Setiap kali bermain bersama bayi Anda, sangatlah penting untuk menciptakan interaksi timbal balik yang penuh dengan kelembutan.
Tersenyumlah kepadanya dan tunggu dia untuk memperhatikan seksama wajah Anda dan membalas senyuman Anda.

Jika ternyata dia tersenyum kembali, Anda sebaiknya tersenyum lebih lebar lagi sambil menganggukkan kepala Anda. Dengan demikian dia akan tahu bahwa Anda senang jika dia membalas senyuman Anda.

Lakukan hal yang sama jika dia mengoceh. Balaslah ocehannya dengan senyuman dan tirulah ocehannya lagi. Jika dia membalas, maka balaslah lagi. Lakukanlah hal ini berulang-ulang.

Beginilah cara bayi Anda belajar berinteraksi dengan orang lain. Dengan cara ini pula dia menyadari bahwa Anda memperhatikannya. Ketika Anda berbicara kepada bayi Anda, maka suatu yang sangat penting terjadi… dia menyimak setiap perkataan Anda dan belajar membuat bunyi yang sama.

Bayi Anda belajar dengan cepat lho! Setiap Anda berbicara dengan lembut kepada bayi Anda dan ia membalasnya, maka Anda mulai mengenali suaranya. Seandainya Anda kemudian meniru suaranya, maka si kecil akan semakin bersemangat untuk membuat berbagai suara lainnya.

Si kecil sudah mulai belajar banyak hal semenjak dia lahir. Ketika Anda berbicara kepadanya, walaupun dia belum memahami apa yang Anda katakan, tetapi sebenarnya Anda sedang membantu otaknya berkembang.

Selain itu, dengan sering berbicara kepada bayi Anda, ia akan mengenal suara Anda sebagai orang tuanya dan ini akan semakin menguatkan ikatan antara kalian. ?

Selain berbicara, Anda juga bisa membacakan cerita kepadanya. Semakin dini kegiatan membaca ini Anda lakukan, pengaruhnya akan semakin besar untuk perkembangannya ke depan nanti.

Mulailah membaca untuknya dengan suara agak keras dan tidak perlu terlalu lama, karena ia hanya mampu menyimak dalam waktu yang singkat. Cukup beberapa menit saja, namun boleh agak sering.
Bayi Anda akan suka melakukan aktifitas apa saja berulang-ulang.

(bid/berbagai sumber)




selengkapnya......

Si Empeng Yang Kontroversial

Sunday, February 13, 2011

Empeng alias pacifier alias binky ini ternyata menimbulkan kontroversi yang cukup ‘seru’ di kalangan orangtua (apalagi orangtua baru !). Mungkin Anda termasuk orangtua yang ’anti’, karena pernah mendengar atau membaca pengaruh buruk penggunaan empeng terhadap kesehatan maupun kebiasaan anak. Rekomendasi WHO dalam 10 Langkah Sukses Menyusui, juga ’melarang’ pemakaian empeng atau dot pada bayi-bayi ASI.

Tapi tahukah Anda, tidak selamanya si binky ini buruk. Dia juga ada manfaatnya lho, asalkan digunakan pada saat-saat ia benar-benar dibutuhkan (key times), selalu dijaga kebersihannya, dan orangtua tahu kapan menghentikannya sebelum mengempeng menjadi kebiasaan buruk si kecil. Semoga informasi berikut ini dapat menambah wawasan Anda tentang pemakaian empeng.

Bayi tak butuh empeng (pacifier)
Faktanya: Bayi, terutama yang baru lahir, sering perlu ditenangkan. Terutama ketika mereka merasa lelah, bosan atau karena merasa belum nyaman dengan “dunia barunya”. Semua bayi, bahkan yang baru lahir, punya kebutuhan untuk mengempeng. Sebenarnya, sejak masih di dalam rahim pun janin sudah mengempeng jempolnya sendiri. Mengempeng memberikan efek menenangkan pada bayi sehingga ia dapat membuat dirinya sendiri merasa nyaman. Jika Anda sudah melakukan berbagai cara untuk menenangkan bayi Anda, - menyusui, mengayun-ayun, menggendong, menyanyikan lagu untuknya- tapi tidak berhasil juga, maka memberi empeng sebagai upaya terakhir untuk menenangkan si kecil, juga tidak ada salahnya.

Empeng (pacifier) dapat menyebabkan bayi mengalami bingung puting dan mengganggu kelancaran proses menyusui.
Faktanya: Ada benarnya. Namun, kedua hal itu dapat dihindari kalau empeng digunakan secara bijak. Sesungguhnya, bayi jauh lebih pintar dari yang Anda kira, lho!, dan tentu saja mereka tahu benar perbedaan antara puting ibu dengan empeng. Ketika tiba waktunya untuk menyusu, ibunya lah yang ia inginkan. Meski demikian, jangan kenalkan empeng sebelum bayi Anda memiliki pola menyusu yang stabil, yang biasanya dicapai setelah usia 1 bulan. Tujuannya, agar bayi Anda terlebih dulu ‘menguasai’ teknik menyusu. Jangan pula berikan empeng untuk menunda waktu menyusui. Sebelum memberikan empeng, pastikan bahwa bayi Anda tidak sedang lapar. Kalau bayi Anda lapar, segera susui dia. Kalau Anda selalu terburu-buru menjejalkan empeng ketimbang menawarkan ASI terlebih dulu setiap kali si kecil rewel, Anda jadi jarang menyusuinya. Akibatnya, produktivitas ASI Anda akan terganggu karena ASI itu diproduksi atas dasar supply on demand. Sebenarnya, penggunaan empeng secara bijak malah membantu untuk meningkatkan kualitas menyusui. Mengapa demikian? Karena, jika empeng dapat menenangkan bayi maka ibu dapat menikmati beberapa jam tidur yang tak terganggu. Dengan istirahat yang cukup, tubuh dan pikiran ibu akan lebih segar. Keduanya merupakan modal untuk meningkatkan produksi ASI.

Penggunaan empeng dapat merusak struktur gigi-geligi anak
Faktanya: Tergantung dari frekuensi, intensitas dan lamanya anak menggunakan empeng. Jika bayi Anda hanya sesekali mengempeng dan hanya sampai ia berumur 1 tahun, maka Anda tidak perlu khawatir dengan perkembangan giginya. Tapi jika anak Anda adalah “pengempeng” aktif dan meskipun umurnya sudah lebih dari 1 tahun ia masih tidak bisa lepas dari si binky, sebaiknya Anda segera berusaha untuk ‘menyapih’ si kecil dari empengnya. Karena hal tersebut dapat membuat gigi-geliginya tumbuh tidak sebagaimana mestinya, misalnya gigi menjadi agak maju (tonggos). Meskipun itu masih gigi susu, tetapi perkembangannya juga menentukan pertumbuhan dan letak susunan gigi permanennya nanti.

Susah sekali melepaskan si kecil dari empengnya
Faktanya: Kebanyakan bayi akan mengurangi sendiri ketergantungannya pada empeng di kisaran umur 6 – 9 bulan, ketika ia mulai merangkak dan menjadi lebih tertarik pada hal-hal lain. Saat bayi Anda menunjukkan tanda-tanda tidak atau kurang tertarik pada empengnya, jangan sodorkan empeng lagi. Mungkin akan lebih sulit melepaskan empeng pada saat bayi akan tidur malam. Tapi sebaiknya begitu umur 2 tahun, anak sudah benar-benar lepas dari empengnya. Usahakan untuk mulai menyapih (dari empeng) sebelum anak/bayi berusia 1 tahun. Mungkin orangtua tidak ’tega’, tapi perlu diketahui, proses penyapihan empeng ini jauh lebih mudah dilakukan di usia 1 tahun daripada ketika anak sudah lebih besar (2-3 tahun).

Sekali bayi mengempeng, ia akan tergantung pada benda tersebut untuk bisa tidur.
Faktanya: Ada benarnya, meski hal itu tidak selamanya buruk. Jika empeng dapat membuat bayi Anda cepat tidur dan membantunya membangun rutinitas tidur, tentu hal ini baik bagi Anda dan si kecil. Meski begitu, Anda juga harus mengajarkannya untuk tidak memakai empeng sepanjang malam. Bila bayi Anda sudah pulas dan si empeng terlepas, jangan masukkan kembali empeng tersebut ke mulutnya. Kalau ia terbangun, jangan buru-buru memasukkan kembali si binky, coba gunakan ’jurus-jurus’ lainnya terlebih dulu untuk menidurkan si kecil kembali. Pelan-pelan cobalah untuk menciptakan ritual sebelum tidur lainnya, untuk mengalihkan perhatian bayi/anak dari empeng. Membaca buku cerita bersama, misalnya.

Penggunaan pacifier dapat mengurangi resiko sindroma bayi meninggal mendadak (SIDS)
Faktanya: Benar, meskipun tidak berarti mutlak dapat mencegah SIDS. Menurut hasil penelitian (yang dilakukan oleh Fern R. Hauck, M.D., seorang associate professor di bidang pengobatan keluarga di University of Virginia Health System di Charlottesville), bayi-bayi yang menggunakan pacifier ketika tidur ternyata memiliki penurunan resiko mengalami SIDS sebanyak 3 kali dibandingkan mereka yang tidak menggunakan empeng. Karena mulutnya mengempeng, otomatis posisi muka bayi ketika tidur selalu menghadap ke atas (tidak tengkurap), sehingga pernafasannya lebih lancar.

Penggunaan empeng dapat menyebabkan bayi atau batita terkena infeksi telinga.
Faktanya: Benar. Aktivitas menyedot yang terjadi ketika bayi mengempeng dapat “menarik” cairan dari kerongkongan ke saluran tengah telinganya. Hal ini menyebabkan telinga si kecil lebih mudah terinfeksi bakteri. Teori yang lainnya adalah bayi-bayi bisa sakit akibat terpapar kuman-kuman yang mungkin ada pada empeng dotnya. Karenanya, bersihkan dan sterilkan empeng setiap hari dan jangan biarkan bayi maupun anak Anda yang lain bermain-main dengan empeng tersebut. Sangat dianjurkan, di usia 2 tahun batita Anda sudah bebas dari empeng.

Penggunaan empeng dapat mengganggu/menghalangi perkembangan kemampuan verbal anak (speech problems).
Faktanya : Benar, jika intensitas & frekuensi mengempeng bayi/anak tinggi. Mengempeng membuat bayi/anak merasa tenang, sehingga ia lebih senang ’mengenyot’ daripada ’mengoceh’. Padahal dengan mengoceh, bayi belajar berbicara. Kebiasaan mengempeng pada anak batita, membuat anak ’malas’ berceloteh. Padahal dengan banyak bicara/berceloteh, anak belajar untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya. Oleh karena itu, jangan berikan empeng pada saat bayi terjaga. Dorong bayi Anda untuk mengeksplorasi lingkungan sekelilingnya, ketika ia sedang terjaga.

Nah, jika Anda memutuskan untuk memberi bayi Anda empeng, sebaiknya perhatikan hal-hal berikut ini:
ü Jangan terlalu dini mengenalkan empeng. Tunggu hingga bayi Anda berusia 2-3 bulan, atau setidaknya 1 bulan.
ü Jangan terburu-buru memberikan empeng. Cobalah cara-cara lain terlebih dulu untuk menenangkan atau membuat nyaman si kecil.
ü Batasi pemakainnya. Gunakan empeng hanya pada saat-saat dimana berbagai jurus lain untuk menenangkan si kecil tak berhasil. Misalnya, ketika bayi sedang kolik atau sering terbangun malam.
ü Simak pula Tips untuk Menggunakan Pacifier Secara Higienis dan Aman berikut ini.


fr.ibudananak.com

selengkapnya......

Mengukur Suhu Tubuh Bayi

Thursday, February 10, 2011

Kini tersedia aneka jenis termometer di pasaran. Mana yang paling oke?
Suhu tubuh normal manusia adalah 36,5-37,5ºC. Jika naik mencapai 38ºC atau lebih, barulah disebut demam. Dan sebenarnya, demam adalah tanda tubuh sedang terinfeksi bakteri atau virus.
Kenali jenis-jenisnya
Kalau dulu Anda hanya mengenal termometer konvensional yang terbuat dari kaca dan berisi air raksa, maka kini ada beberapa jenis termometer digital di pasaran. Lalu apa kelebihannya?
Yang pasti, termometer digital dijamin akurat, karena memperlihatkan angka sampai bilangan yang terkecil. Juga, termometer jenis ini praktis dan hasil pengukurannya sangat cepat.
Sayangnya, termometer digital sangat rentan terhadap udara lembap dan air. Belum lagi, harganya lebih mahal ketimbang yang konvensional.
Di mana mengukurnya?
Bagian badan si kecil yang bisa jadi tempat meletakkan termometer adalah ketiak, mulut dan anus. Namun, akhir-akhir ini, teknologi termometer kian canggih, sehingga termometer bisa juga ditaruh di telinga dan dahi.
Hanya saja, termometer kaca sama sekali tidak dianjurkan untuk ditaruh dalam mulut bayi. Kenapa? Kalau pecah maka air raksa akan meracuni bayi.
Bagaimana termometer dimasukkan lewat anus? Sebenarnya, tidak jadi soal. Tapi, Andalah yang justru sering tidak tega melakukannya. Anda takut kan kalau-kalau memasukkannya terlalu dalam, sehingga malah mencederai si kecil? Makanya, mengukur suhu tubuh melalui anus sebaiknya dilakukan oleh petugas kesehatan saja. 

Laila Andaryani Hadis
Konsultasi ilmiah: dr. Setyadewi Lusyati, SpA, KK Perinatologi, RSAB Harapan Kita, Jakarta

Ukur secara Berkala
• Jika si kecil demam,

pantau kondisinya dengan cara mengukur suhu tubuhnya secara berkala. Kira-kira setiap 4-6 jam.
• Segera bawa ke dokter, bila suhu tubuhnya meningkat hingga lebih dari 40ºC.
• Bila suhu tubuh bayi masih berkisar antara 38-39º C, tunggu sampai ± 3 hari. Jika suhu tubuhnya tidak turun-turun juga, cepat bawa ke dokter.
Ini Penting Juga!
• Agar hasil pengukuran termometer akurat, tunggu sampai bayi Anda pulas dulu. Maklum, si kecil biasanya merasa geli kalau ketiak atau telinganya dimasukkan benda asing!
• Termometer khusus dahi belum banyak dijual di pasaran. Meski begitu, cara pemakaiannya mirip dengan termometer digital khusus telinga. Cuma, setelah menekan tombol pada body termomer, gerakkan termometer dari kiri ke kanan. Begitu pula sebaliknya









(bid/berbagai sumber)

selengkapnya......

Nina Bobok..., Oooo ...

Saturday, February 5, 2011

Banyak manfaat yang bisa dipetik bila si kecil tidur. Di antaranya adalah, merangsang tumbuh kembang otaknya. Tapi, bagaimana kalau ia kecil kurang tidur?
Tidur adalah aktivitas yang dilakukan oleh semua makhluk hidup, tak terkecuali manusia. Dan, dari bayi sampai manula, aktivitas yang satu ini memang tidak pernah absen dalam kehidupan kita. Apa sih untungnya tidur?
Tidur nyenyak = otak optimal
Urusan tidur ini sebenarnya banyak juga diulas oleh para ahli. Dan ternyata, tidur memberi efek yang amat positif bagi perkembangan si kecil. Yang paling penting, tidur merupakan salah satu rangsang bagi tumbuh kembang otak. Bahkan, aktivitas yang satu ini jadi ‘pintu' dari tumbuh kembang otak anak selanjutnya agar cerdas, berakal, dan berpikiran jernih. Kok bisa?
Memang, sekitar 75% hormon pertumbuhan dikeluarkan pada saat anak tidur, khususnya awal tahap ke-3 dan ke-4 tidur (lihat boks “Inilah Berbagai Tahap Tidur”). Tingginya kadar hormon pertumbuhan ini erat hubungannya dengan kondisi fisik si kecil. Pasalnya, hormon ini punya tugas merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan, serta mengatur metabolisme tubuh, termasuk juga otak!
Di samping itu, hormon pertumbuhan juga memungkinkan tubuh memperbaiki dan memperbaharui seluruh sel yang ada di tubuh. Mulai dari sel kulit, sel darah sampai sel saraf otak. Nah, proses pembaharuan sel ini akan berlangsung lebih cepat lagi ketika si kecil terlelap ketimbang saat bangun!
Juga, meningkatnya aliran darah ke otak selama tahap tidur REM (Rapid Eye Movement) atau tahap tidur aktif (lihat boks “Inilah Berbagai Tahap Tidur) berperan penting dalam kesehatan psikis dan aktivitas otak, sehingga memungkinkan optimalnya tumbuh kembang otak.
Bahkan, menurut teori autostimulation, tingginya komponen tidur REM pada bayi menunjukkan stimulasi yang terjadi di otak juga berlangsung lebih maksimal. Stimulasi ini tentulah amat penting bagi pertumbuhan sistem susunan saraf pusat si kecil.
Kalau si kecil kurang tidur...
Pada anak-anak, apalagi bayi, kurang tidur punya dampak yang sangat merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan fisiknya. Yang pasti, tidur punya andil dalam meningkatkan daya tahan tubuh si kecil terhadap infeksi. Jika tidurnya sampai terganggu, kadar sel darah putih dalam tubuh akan menurun. Kalau sudah begini, efektivitas sistem daya tahan tubuh anak juga ikut-ikutan menurun. Hasilnya? Si kecil gampang sakit, pertumbuhannya pun terganggu.
Tidak cuma itu, kurang tidur juga punya dampak terhadap tumbuh kembang otak anak, terutama kemampuan berpikirnya. Bagaimana mampu berkonsentrasi penuh kalau tubuhnya lelah. Akibatnya, kualitas kemampuan berpikirnya jadi rendah. Ujung-ujungnya ya berurusan dengan kecerdasan anak juga. Jadi, kalau Anda ingin si kecil mampu merespons atau memecahkan hal-hal yang harus dia pikirkan dengan baik, kondisi tubuhnya musti prima.
Selain itu, bayi yang kurang tidur bisa jadi rewel, cengeng, dan sulit diatur. Kalau sudah begini, Anda juga yang repot kan?
Cari sebab, lalu atasi
Kalau si kecil kurang tidur, Anda harus cari tahu dulu biang keladinya. Berikut beberapa hal yang sering membuat si kecil melek terus:
A . Batuk
Bisa jadi, ini merupakan gejala dari penyakit yang dideritanya, seperti asma, alergi atau flu. Bagaimana bisa tidur nyenyak kalau sebentar-sebentar si kecil uhuk-uhuk ?
Cara mengatasi: Gendong si kecil dan usahakan agar posisi kepala lebih tinggi dari kaki. Jangan lupa, beri minum agar tenggorokannya lebih nyaman.
B. Influensa
Penyakit ini juga bikin si kecil susah tidur. Hidungnya meler terus atau tersumbat, sehingga ia jadi susah bernapas. Padahal, ia tidak dapat membersihkan hidungnya sendiri.
Cara mengatasi: Jika bayi Anda berusia kurang dari 3 bulan, segera ke dokter anak. Kalau umurnya di atas 3 bulan, hubungi dokter jika influensa belum mereda setelah 5 hari. Untuk sementara waktu, Anda bisa menyedot ingusnya dengan alat penyedot ingus khusus untuk bayi ( nasal aspirator ) yang bisa diperoleh di apotik. Kalau hidungnya mampet , oleskan balsam khusus untuk anak-anak di dadanya. Setelah menghirup uap balsam tersebut, mampet bisa berkurang.
C. Overstimulasi
Terlalu banyak memberi stimulasi yang menyenangkan hatinya, seperti mengajak bermain terus, akan membuat bayi Anda semakin enggan tidur. Apalagi, kalau ini dilakukan dekat waktu tidurnya. Campuran antara rasa senang, lelah dan excited bisa membuat si kecil jadi susah memejamkan matanya.
Cara mengatasi: Kalau bayi Anda mulai mengucek-ucek mata atau menarik-narik telinganya, ini berarti ia sudah mengantuk. Jadi, cepatlah bawa si kecil ke boksnya. Jika ia tidak mau tidur juga, coba gendong dan buailah. Putarkan musik lembut bila perlu.
D. Kolik
Bila bayi menangis terus, bisa jadi ia mengalami kolik. Kolik memang ditandai dengan tangisan berkepanjangan (lebih dari 3 jam sehari dan paling sedikit 4 hari dalam seminggu). Meski begitu, ada gejala lain yang biasa menyertai, seperti susah didiamkan ketika menangis, wajahnya agak kemerah-merahan, serta kakinya diangkat-angkat (ditekuk ke dadanya). Gangguan ini biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama usia bayi.
Cara mengatasi: Begitu menangis, gendong dan ayun-ayunkan si kecil. Agar ia jadi lebih tenang, nyanyikan atau putar lagu yang disenanginya. Atau, tengkurapkan saja bayi Anda di atas pangkuan sambil usap-usap punggungnya.
E. Botol susunya
Banyak bayi yang tidak bisa memejamkan matanya kalau belum minum susu dari botol. Dan, “upacara” minum susu ini dilakukannya sambil tidur-tiduran. Cara ini sama sekali tidak dianjurkan! Bukan apa-apa. Bayi jadi tergantung pada botol susunya, serta enggan melepaskannya sebelum benar-benar terlelap. Padahal, membiasakan botol susu tetap berada di mulutnya sampai ia tertidur (dan Anda sering juga lupa melepaskannya!!) dapat menyebabkan kerusakan gigi.
Cara mengatasi: Sedikit demi sedikit kurangi jumlah susu dalam botolnya. Pada awalnya, mungkin ia akan menangis. Tak mengapa! Jika Anda tetap konsisten dan tegas, lama kelamaan kebiasaan ini akan hilang sendiri.
F. Menggoyang-goyangkan badan (rocking)
Beberapa bayi menggoyang-goyangkannya badan menjelang tidur. Dan ternyata, kebiasaan ini membuatnya jadi cepat pulas. Malahan, kalau “ritual” ini tidak dilakukan, ia sulit menutup matanya. Umumnya, kebiasaan ini terjadi ketika usianya sekitar 6 bulan.
Cara mengatasi: Tidak usah khawatir dan repot-repot menghentikan kebiasaan ini. Menggoyang-goyangkan tubuh ini bukan pertanda adanya masalah emosi atau perilakunya. Yang penting – dimanapun ia tidur, entah bersama Anda atau dalam boksnya – cegah jangan sampai tubuhnya membentur dinding atau pinggiran boks.
G. Lapar dan basah
Kalau tidak cukup makan atau minum, bayi bisa saja terbangun. Begitu pula kalau ia mengompol. Bayi usia 6 bulan bisa mengompol sebanyak 5-6 kali dalam semalam.
Cara mengatasi: Beri makanan dan minuman yang bisa melancarkan acara tidurnya, misalnya susu, satu jam menjelang tidur. Setelah tertidur, ia tidak akan kelaparan lagi, karena tidak ada energi yang keluar. Juga, segera ganti popoknya yang basah. Dengan begitu, kualitas tidur si kecil bisa meningkat.
Lingkungan musti mendukung
Lingkungan punya peran penting dalam urusan tidur si kecil. Dan, tidur harus merupakan sesuatu yang menyenangkan anak. Kalau suasana lingkungan tidak nyaman, misalnya panas atau bising, bisa jadi si kecil ‘membenci' kegiatan tidur.
Agar bayi cepat tidur, Anda perlu menciptakan suasana yang mendorong keinginannya untuk tidur. Misalnya, bila waktu tidurnya sudah tiba, kenakan piyamanya dan ajak si kecil ke kamar tidurnya. Lalu, ciptakan kondisi yang mendukung, seperti meredupkan lampu kamar dan suhu kamar dibuat senyaman mungkin. Nah, selamat tidur sayang...

selengkapnya......

Tips Membantu Bayi Yang Mengalami Konstipasi atau Susah Buang Air Besar

Friday, February 4, 2011

Bila bayi mengalami kesulitan untuk buang air besar maka sebagai orang tua kita akan menjadi kuatir. Kita akan membahas beberapa tips yang dapat membantu bayi anda.

Bila bayi mengalami kesulitan untuk buang air besar maka sebagai orang tua kita akan menjadi kuatir. Dibawah ini adalah beberapa tips untuk membantu bayi anda yang mengalami kesulitan sewaktu buang air besar atau disebut konstipasi.

• Berikan bayi anda lebih banyak cairan seperti air putih, susu atau setelah usia 4 bulan dapat diberikan jus buah yang diencerkan.

• Olahraga---bantulah bayi anda dengan melakukan exercise atau olah raga kecil dengan cara menekuk lutut bayi kearah perutnya secara lembut beberapa kali, yang akan membantu untuk mengeluarkan BAB (buang air besar).

• Berikan bayi anda mandi air hangat.

• Oleskan vaselin atau baby oil di daerah sekitar anus bayi.

• Setelah bayi mulai makan padat, berikanlah lebih banyak makanan yang berserat dari buah dan sayuran.

Kiranya tips diatas dapat membantu bayi anda yang mengalami kesulitan buang air besar.

Dan anda sebaiknya berkonsultasi ke dokter anda, bila:

• setelah merubah cara dan kebiasaan diet makan yang ada tetap tidak memecahkan masalah,
• bila bayi atau anak tampak sangat kesakitan,



• keluar darah di feses (tinja)
• terjadi robekan di daerah anus karena tekanan yang kuat.

© Dr.Suririnah-www.infoibu.com


selengkapnya......

Suapan Pertama Penuh makna

Tuesday, February 1, 2011

Makan adalah “pelajaran” baru bagi si kecil yang mulai mengenal makanan padat. Dan ternyata, banyak “keterampilan” yang harus ia kuasai.
Memasuki usia enam bulan, susu bukan lagi satu-satunya makanan bagi bayi Anda. Tapi, tunggu dulu. Anda tidak bisa langsung memberikan makanan padanya. Sebab, “pelajaran” makan si kecil haruslah berlangsung secara bertahap.
Kapan ia siap makan?
Kemampuan bayi untuk makan makanan padat memang tidak sama. Sekalipun demikian, para ahli sepakat, umumnya kesiapan bayi untuk makan makanan padat pertamanya berkisar antara usia 6–8 bulan.
Meski begitu, jangan mentang-mentang usia si kecil sudah 6 bulan, lalu Anda langsung bersemangat “menjejalinya” dengan seabrek makanan padat, hanya karena khawatir ia ketinggalan dari teman-teman seusianya! Umumnya, otot mulut bayi belum dapat mengunyah dan menelan makanan padat sampai usia 4–6 bulan. Maka, jangan heran kalau lidah si 6 bulan Anda malah “mendorong” makanan ke luar mulut mungilnya. Lihat-lihat dulu kemampuannya. Bila tidak, bisa-bisa urusan makan ini malah jadi runyam! Kalau sudah begini, apa yang bisa Anda lakukan?
Yang pasti, ketika memperkenalkan makanan padat, sistem pencernaan si kecil harus benar-benar “matang”. Pokoknya, sudah siap tempur untuk memproses berbagai jenis makanan baru yang masuk. Kalaupun Anda terlalu dini memperkenalkan makanan padat, bayi Anda malah lebih mudah terkena reaksi alergi. Jadi, tenang-tenang saja dulu.
Jangan coba-coba ambil jalan pintas!
Harus diakui, bukan hal yang mudah jika si kecil Anda susah banget belajar mengunyah dan menelan makanan. Sekalipun kepentok di sana-sini, jangan lantas ambil jalan pintas dengan cara memberikan makanan padat melalui botol.
Tahukah Anda, cara pemberian makanan seperti ini nggak aman-aman amat! Malahan, ini dapat meningkatkan risiko si kecil tersedak. Kok, begitu? Ketika Anda memberi makanan melalui botol (biasanya lubang dot akan diperbesar), makanan tadi akan langsung ditelannya. Jika ia belum pintar-pintar mengontrolnya, bukan tak mungkin ia langsung tersedak.
Bahkan, tak jarang, cara pemberian makanan ini justru menjadi salah satu penyebab anak “terlalu banyak” makan. Ia jadi cepat sekali menelan makanannya. Saking cepatnya, sekalipun perutnya sudah kenyang, sinyal yang bertugas memberitahu


kalau dia sudah kenyang “tidak sempat” sampai ke otak. Akibatnya, dia minta tambah terus dan terus. Wah, jadi repot lagi.
Selain itu, pemberian makanan lewat botol tidak akan mengajari si kecil menggunakan rahangnya untuk mengunyah. Padahal, proses belajar mengunyah, dan juga menelan, kelak penting untuk kemampuan bicara dan pertumbuhan gigi.
Belajar tidak berhenti di mulut saja
Proses belajar makan si kecil memang tidak berhenti sebatas mulut mungilnya saja. Ia masih harus belajar disiplin melalui tatacara makan yang sudah terpola waktunya. Misalnya, ketika didudukkan di kursi makan atau dipasangkan celemek, ia sudah tahu kalau “upacara” makan sudah tiba. Atau, ketika mencium harumnya aroma makanan yang sedang Anda siapkan, ia harus sabar menunggu. Tampaknya sepele memang, namun semua itu merupakan rangkaian dalam proses belajarnya.
Juga, ia akan belajar bahwa aktivitas ini bisa mempererat hubungan dengan Anda, bunda tercintanya. Melalui kontak mata ketika Anda mengajaknya berbicara ketika mempersiapkan makanan atau duduk di hadapannya, ia tahu kalau Anda sangat menyayanginya dan memberikan perhatian penuh. Akan lebih baik lagi, bila Anda selalu tersenyum ketika menyuapinya. Ketenangan Anda dan cara Anda memperlakukannya sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar makan si kecil.
Kesabaran untuk tidak terburu-buru ketika menyuapi, kepekaan mengetahui kondisi anak, kreativitas dalam memilihkan menu, serta menciptakan suasana makan yang menyenangkan merupakan kunci utama kesuksesan Anda dalam memberi makan pada si kecil. Siapkah Anda untuk itu?
Boks 1:
“Tanda” Siap Makan
• Ia tampak lahap ketika diberi ASI.
• Ia kelihatan masih lapar, sekalipun baru selesai disusui.
• Ia sudah bisa duduk tegak, serta mengontrol leher dan kepala ketika didudukkan di kursi.
Boks 2:
7 langkah Sukses
Awalnya, memang tidak mudah menyuapkan makanan padat pada si kecil. Selama ini, ia terbiasa minum susu, baik ASI maupun susu formula, yang bentuknya cair. Sekali glek , susu akan “meluncur” dengan mulusnya, tanpa harus “menyangkut” dulu di sana-sini. Tapi, jangan keburu panik dulu. Berikut kiat suksesnya:
• Makanan jangan terlalu kental . Kalau kental, si kecil susah menelannya.
• Jangan masak banyak-banyak . Cukup sekitar 2-3 sendok teh dulu.
• Gunakan sendok bayi. Sendok seperti ini banyak tersedia di pasaran.
• Mulailah dengan seujung sendok. Lalu, sentuhkan ke ujung lidah mungilnya. Cara ini cukup efektif saat memperkenalkan rasa baru.
• Kalau si kecil menolak. Ini karena ia belum terbiasa disuapi dengan sendok atau masih asing dengan aneka rasa yang “ajaib”.
• Jangan pernah putus asa. Kalaupun makanannya keluar lagi, ini tidak selalu berarti ia tidak menyukainya. Reaksi ini terjadi karena otot-otot lidah dan mulutnya belum cukup terampil untuk menelan atau mengunyah.
• Bersabarlah. Membiasakan si kecil makan makanan tertentu perlu waktu. Cobalah sampai beberapa kali selama berhari-hari. Beri kesempatan padanya untuk “merekam” aneka rasa dalam memorinya. Dengan begitu, diharapkan ia tidak terlalu “pemilih” nantinya.
Boks 3:
Kalau si Kecil Sulit Makan
Si kecil enggan membuka mulut? Itu biasa! Tapi, jangan paksa terus menyuapinya. Suasana makan yang tidak menyenangkan pada perkenalan makanan padat pertama bisa-bisa berbuntut panjang. Kelak ia malah jadi “jagoan” sulit makan.
Kalau bayi Anda kelihatan menolak makanan yang Anda sodorkan, ajak bicara dan “tariklah” perhatiannya melalui cerita, mainan, dan gambar yang bisa menggugah selera makannya. Besok, coba berikan kembali makanan yang sama. Proses pengenalan rasa makanan baru bisa berlangsung sehari, namun bisa pula sampai seminggu. Jika sudah terbiasa makan berbagai jenis makanan, berikan secara bergantian. Biar tidak cepat bosan!
Boks 4:
Sepele, Tapi Tidak Remeh
• ASI tetap merupakan makanan utama dan terbaik sampai usia 1 tahun.
• Jangan tambahkan gula, garam atau penyedap lain dalam makanannya.
• Selalu gunakan sendok bayi, lalu langsung suapkan makanan. Jangan dicicipi dulu.
• Jangan gunakan sendok bayi untuk mencicipi apakah makanan cukup hangat atau tidak. Gunakan sendok Anda sendiri.
• Buang makanan yang tersisa di piring, dan jangan diberikan lagi. Bisa jadi sudah banyak bakterinya.
• Segera simpan makanan bayi siap pakai yang sudah terbuka dalam lemari es.
• Buang makanan bayi buatan Anda atau kemasannya sudah dibuka dan tersimpan di lemari es hingga lebih dari 3 hari. Dikhawatirkan sudah “dihinggapi” bakteri.
• Makanan yang sudah dibekukan tidak boleh dipanaskan lebih dari sekali. Sebaiknya, ambil untuk porsi sekali makan saja, lalu masukkan sisanya di lemari es.
• Perhatikan dan hargai “sinyal-sinyal” si kecil ketika kenyang. Jangan terus memaksa untuk menghabiskan isi piringnya.
• Jangan tinggalkan bayi sendirian pada saat makan.
(bid/berbagai sumber)

selengkapnya......

Membersihkan Telinga

Wednesday, January 26, 2011

Mengingat kompleksnya organ telinga, jangan sembarangan membersihkannya.
Susunan organ telinga tidak hanya terdiri dari daun telinga, melainkan ada bagian luar dan dalam telinga. Yang harus mendapat perhatian ekstra adalah bagian dalam telinga, karena di sini terdapat organ-organ pendengaran. Jangan sekali-kali Anda membersihkan bagian dalam telinga bayi, karena pendengarannya bisa jadi korbannya.
Ini kiatnya!
Banyak orang tua takut membersihkan telinga bayinya yang baru lahir. Karena, biasanya bayi bergerak-gerak terus, sehingga Anda takut melukai telinganya atau membuat kapas bertangkai (cottonbud) malah terdorong masuk ke telinga bagian dalam.
Tak perlu takut membersihkan telinga bayi. Dengan memperhatikan hal-hal berikut, telinga bayi Anda jadi bersih dan pendengarannya pun tak terganggu.
• Bersihkan telinga bagian luar. Telinga bagian luar terdiri dari daun telinga dan lubang telinga. Kerangka daun telinga dan sepertiga bagian luar lubang telinga terdiri dari tulang rawan yang elastis, sehingga aman untuk dibersihkan.
• Jangan bersihkan lubang telinga bagian dalam. Bagian ini belum bisa dimasuki kapas bertangkai. Selain itu, kotoran telinga bayi berbeda dengan orang dewasa yang lebih rentan terhadap debu dan cepat kotor.
• Senandungkan lagu-lagu lembut dan ajak bayi “bercakap-cakap”, agar kegiatan membersihkan telinga menyenangkan hatinya.
• Siapkan terlebih dahulu peralatan yang dibutuhkan, seperti baby oil, kapas bertangkai dan kapas bulat.
• Basahi kap as bulat dengan baby oil, angkat kepala bayi,


lalu bersihkan bagian depan dan belakang daun telinga dengan hati-hati.
• Bersihkan ceruk-ceruk (lekukan) pada daun telinga dengan kapas bertangkai yang sebelumnya sudah diberi baby oil. Lakukan hal yang sama untuk telingan lainnya.
• Selesai membersihkan, keringkan telinga si kecil dengan handuk atau kain yang lembut.

(bid/berbagai sumber)

selengkapnya......

Sendawa, “Anti” Perut Kembung

Wednesday, January 19, 2011

Bersendawa setelah minum susu penting bagi bayi, sebab akan menghindarkannya dari perut kembung.
Ketika bayi Anda menyusu, seringkali udara ikut-ikutan masuk bersama susu. Biasanya, volume udara yang tertelan oleh bayi yang minum ASI lebih sedikit ketimbang bayi yang minum susu botol. Nah, volume udara yang masuk ini akan lebih banyak lagi jika cara menyusunya kurang tepat, si kecil tidak tenang, atau baru saja menangis berkepanjangan akibat marah atau kelaparan. Kok, bisa? Ketika susu masuk ke dalam lambung bayi, udara yang masuk ‘tertahan' di bagian atas lambung. Akibatnya, perutnya kembung. Bayi pun jadi rewel.
Untuk menghindari perut bayi kembung, segera sendawakan setelah ia menyusu pada masing-masing payudara. Sebenarnya, ada 3 posisi yang umum digunakan untuk menyendawakan bayi. Tapi, setiap bayi biasanya punya posisi favorit yang ‘menurutnya' paling nyaman. Jadi, pandai-pandailah ‘membaca' isi hatinya.
• Posisi menghadap ke belakang
• Letakkan handuk kecil atau saputangan pada bahu Anda untuk menahan muntahan susu.
• Gendong bayi menghadap ke belakang dengan bertopang pada bahu Anda.
• Tegakkan tubuhnya dan biarkan kepalanya bersandar di bahu Anda.
• Gunakan satu tangan untuk menahan tengkuk dan bokongnya, sementara tangan lainnya mengelus-elus punggungnya sampai dia bersendawa.
• Posisi tengkurap di pangkuan
• Telungkupkan si kecil di atas pangkuan.

• Topanglah dadanya dengan tangan agar kepalanya sedikit lebih tinggi dari tubuhnya.
• Elus-elus punggungnya sampai dia bersendawa.
• Posisi digendong di depan
• Gendonglah bayi dengan cara menyangga tengkuk dan bokong di depan tubuh Anda.
• Usahakanlah agar kepalanya sedikit lebih tinggi dari dadanya.
• Letakkan handuk kecil atau saputangan di dadanya untuk menampung muntahan.
• Elus-elus punggungnya sampai dia bersendawa.

(bid/berbagai sumber)


selengkapnya......

Cara Tepat Menggendong Bayi

Thursday, January 13, 2011


Setelah 9 bulan merasakan hangatnya suasana dalam kandungan bunda, tubuh bayi baru lahir masih terus membutuhkan kehangatan tersebut. Menggendong dan memeluknya adalah cara tepat untuk menggantikan semua itu.
Menggendong bayi baru tampaknya gampang, tapi bisa juga merepotkan bagi yang tak biasa. Misalnya, tangan mana dulu yang sebaiknya menyentuh si kecil? Bagian mana dari tubuhnya yang perlu disangga? Kapan Anda dapat mengangkatnya? Jangan khawatir! Ikuti saja cara-cara berikut ini. Ditanggung Anda langsung mahir menggendong si buah hati!
• Ketika bayi Anda telentang di atas tempat tidur, sisipkan salah satu telapak tangan (tangan kiri, misalnya) di punggung dan bokongnya. Kemudian, sisipkan telapak tangan kanan Anda ke belakang leher dan kepalanya.
• Angkat si kecil secara perlahan. Seluruh tubuhnya tersangga dengan baik dan kepalanya tidak akan berputar karena sudah disangga oleh tangan kanan Anda.
• Dengan hati-hati, pindahkan kepalanya ke bagian dalam siku atau bagian dalam lengan Anda. Dalam keadaan ini, bayi merasa nyaman karena kepala, leher dan seluruh tubuhnya tersangga dengan baik.




• Untuk memeluk bayi dan menyandarkannya ke bahu Anda, sangga leher dan kepalanya dengan tangan yang lebih bebas (tidak menyangga leher dan kepala), lalu pindahkan posisi bayi menyandar ke bahu. Sangga berat badannya dengan cara meletakkan telapak tangan di bokongnya. Jaga kepala dan lehernya yang masih lemah dengan telapak tangan yang lain

(bid/berbagai sumber)

selengkapnya......

Panduan Menyiapkan Perlengkapan Bayi

Tuesday, January 11, 2011


Sekarang ini berbagai perlengkapan bayi semakin beragam dan juga makin lucu-lucu modelnya. Alhasil, kalau tidak hati-hati, Anda bisa lupa diri dan memborong banyak barang yang mungkin sebenarnya tak esensial. Itulah pentingnya membuat daftar kebutuhan. Tidak ada salahnya Anda membuat break down rinci dari kebutuhan (calon) bayi. Selain perabotan seperti boks/tempat tidur, changing table, lemari atau rak pakaian, bayi juga membutuhkan banyak perlengkapan lainnya, mulai dari pakaian, kosmetik bayi, kereta dorong (stroller), dan lain-lainnya. Anda dapat mengelompokkan menurut jenis barang maupun sifat kegunaannya. Setelah itu, Anda dapat menentukan barang-barang apa yang akan Anda prioritaskan untuk dibeli. Tak ada salahnya bila Anda menerima hand me downs (lungsuran) dari saudara. Ini malah menguntungkan, karena Anda dapat mengalokasikan dana untuk hal atau keperluan lain.

Kebutuhan Pakaian dan Perlengkapan dari Kain Lainnya
- Minimal 2 lusin (24 buah) popok kain. Pilih yang tidak terlalu tipis tapi mudah menyerap air (misalnya, kain tetra), atau
- Bila Anda memutuskan untuk menggunakan popok sekali pakai, perhatikan benar jenis dan modelnya. Bagi bayi baru lahir, gunakan popok sekali pakai yang memang khusus untuk bayi baru lahir. Popok jenis ini memeliki lekukan di bagian depannya, tujuannya agar tidak menutupi pusar yang belum lepas.
- 1 lusin (12 buah) blus tak berlengan. Pilih bahan yang mudah menyerap keringat, bisa katun atau bahan kaus yang halus dan tidak tebal.
- 1 lusin (12 buah) blus berlengan pendek. Pilih bahan yang sama seperti blus tak berlengan.
- 3-6 buah blus tangan panjang dengan jenis bahan yang sama seperti kedua jenis blus diatas. Bila Anda tinggal di daerah yang cuacanya dingin, mungkin bayi Anda membutuhkan lebih banyak.
- Kain flanel. Meski Anda tidak berencana untuk membedong bayi, sebaiknya tetap sediakan barang ini. Anda dapat menggunakannya sebagai selimut harian atau alas perlak. Bila bayi Anda menggunakan popok kain, sediakan minimal 2 lusin (24 buah).
- 6-12 pasang kaus kaki atau lebih, bila sehari-hari bayi Anda lebih sering memakai popok kain.
- 2 buah topi bayi
- 2 buah selimut bayi
- Minimal 2 buah seprai.
- Minimal 2 buah handuk besar (untuk alas mandi atau menutup tubuh bayi setelah dimandikan)
- Minimal 2 buah handuk kecil (untuk mengeringkan tubuh bayi setelah mandi)
- Minimal 2 buah waslap. Tapi sebaiknya sediakan 4 waslap (2 waslap khusus untuk mandi, dan 2 waslap lagi khusus untuk membersihkan bagian bawah tubuh bayi jika ia buang air besar).
- Ada baiknya menyediakan celana pendek (setidaknya 1 lusin) dan celana panjang (lebih sedikit dari celana pendek), karena sekarang ini orantua cenderung memakaikan popok untuk bayinya hanya 1-2 bulan saja.
- Bagi Anda pengguna setia popok kain, jangan lupa untuk menyediakan;


--3-4 celana plastik
--2 buah perlak. 1 khusus untuk di boks/tempat tidur bayi, 1 lagi untuk diletakkan selain di boks.
--Popok sekali pakai untuk cadangan (tak perlu banyak).

Catatan Tambahan :
- Bila Anda memutuskan untuk menggunakan popok sekali pakai sebagai popok harian si kecil, Anda harus tertib mengganti popok dan benar-benar memperhatikan kebersihan area genitalnya. Sesekali, biarkan bayi Anda bebas dari popok sekali pakai selama 1 hari penuh agar kulit, di daerah yang biasanya tertutup, dapat ’bernafas’.
- Bila Anda berencana untuk memakaikan sarung tangan kepada si kecil, Anda harus mengganti sedikitnya 2 kali sehari. Tak perlu menyediakan terlalu banyak (4-6 pasang cukup, karena memakaikan sarung tangan lebih dari 1 bulan juga tidak dianjurkan. Setiap mengganti sarung tangan, pastikan Anda membersihkan telapak tangan bayi. Buka kepalan tangannya, lap dengan waslap basah. Sela-sela jari-jarinya juga harus dibersihkan. Setelah kering benar, baru pakaikan sarung tangan yang baru.
- Meskipun Anda mulai memakaikan celana pada bayi, sebaiknya jangan buru-buru menyingkirkan popok-popok kainnya. Sampai bayi Anda bisa tengkurap (3-4 bulan), memakaikan popok kain terbukti lebih praktis dan memudahkan kerja Anda bila si kecil buang air besar, apalagi di malam hari.

fr. ibudananak.com

selengkapnya......

Stimulasi Indera, Eratkan Ikatan Batin

Thursday, January 6, 2011


Begitu lahir, si kecil sudah sangat peka dan sadar terhadap lingkungan. Ia siap belajar segala hal.
Langkah pertama yang harus dilakukan bayi baru lahir adalah menjalin ikatan (bonding) lahir batin dengan orang-orang yang paling dekat dengannya, yakni ayah dan bundanya. Karenanya, manfaatkan semua indera Anda, termasuk intuisi, untuk membaca isyarat-isyarat dari si kecil, sebagai ‘bahasa’ universal untuk berkomunikasi dan menjalin ikatan batin dengannya.
Terjalinnya ikatan batin itu diawali lewat sentuhan dan tatapan mata. Bayi akan menggunakan seluruh indera yang dimilikinya tidak saja untuk mengenal Anda, melainkan juga jatuh cinta pada Anda. Setelah Anda dan si kecil saling jatuh cinta, maka apa yang Anda rasakan di lubuk sanubari Anda itulah makna ikatan batin atau bonding yang sesungguhnya.
Pandangan
Kemampuan penglihatan bayi masih sangat terbatas. Jarak pandang terjauhnya tidak lebih dari 25 cm. Maklumlah dunianya masih sebatas payudara ibu saat ia disusui.
Ikatan batin antara Anda dan si kecil melalui indera penglihatan terbentuk melalui tatapan mata. Yaitu tataplah mata si kecil sesering mungkin, terutama pada saat menyusuinya. Biarkan jari-jari mungil tangannya meraih serta menyentuh wajah Anda sebagai upaya untuk lebih mengenal Anda, orang yang paling dekat dengan dirinya.
Sentuhan
Menurut A. Christine Harris, PhD, psikolog anak di Consumnes River College, California, Amerika Serikat, sentuhan sangat besar maknanya bagi bayi. Sentuhan berperan sebagai pelengkap ‘pelajaran pertama’ mengenal dunia barunya, yang dilakukan bayi pada hari-hari pertamanya.
Untuk membantu fungsi indera si kecil, sentuhlah kulitnya yang halus dan lembut sesering mungkin. Sensasi pada ujung-ujung saraf peraba Anda pada kulit si kecil memungkinkan Anda berdua untuk saling mengenal lebih dalam satu sama lain, sebagai proses terciptanya ikatan batin yang kuat.
Pendengaran
Telinga merupakan salah satu dari ‘pintu masuk’ informasi atau data ke dalam otak si kecil. Suara dan kata-kata lembut bernada positif, akan menjadi sebuah masukan data yang baik dalam benak si kecil.
Semakin banyak data baik yang Anda masukan ke dalam otak si kecil lewat pendengarannya, akan semakin kaya pula perbendaharaan si kecil tentang kebaikan. Ucapkanlah kata-kata positif dengan nada lembut di telinganya, baik dengan menyebut namanya, maupun doa serta harapan Anda terhadap si kecil.
Penciuman




Indera penciuman pada bayi sangat membantu dalam mengenali kedua orang tuanya, terutama ibunya melalui kegiatan menyusui. Christine Harris menyatakan bahwa sudah terbukti ibu dan bayinya dapat saling mengenali melalui bau tubuh masing-masing. Bau yang dikenali oleh bayi, akan membuatnya tenang dan tidak rewel, serta merangsang bayi untuk minum ASI dengan lancar.
Sekalipun indera merupakan alat bantu dalam menjalin ikatan batin antara Anda dan si kecil, tapi jangan terlalu memaksakan diri serta terlalu lama merangsang indera-inderanya. Sebab, bayi yang masih sangat kecil, biasanya hanya mampu bertahan menerima rangsang pada indera-inderanya selama beberapa menit saja. Jadi, biarkanlah ikatan batin antara Anda dan si kecil terbentuk mengalir apa adanya, sesuai naluri Anda masing-masing.

(Sri Lestariningsih Konsultasi ilmiah: dr. Eriyati Indrasanto, SpA, IDAI Jaya, Bagian Anak RSAB Harapan Kita, Jakarta )


selengkapnya......

BALITA ANDA BERSEDIH ?

Wednesday, January 5, 2011


Anak anda yang berusia 3 tahun ternyata tidak seriang biasanya, ia tidak ‘ceriwis’ saat pagi tiba, bukan tidak mungkin ia juga menolak untuk makan. Daripada bercanda bersama saudara-saudaranya, atau menggambar di bukunya, ia cenderung berada di tepi jendela sambil menatap kosong ke luar, mungkinkah seorang balita mengalami depresi ?
Seperti kebanyakan orang lainnya, anda mungkin berasumsi kalau anak pra sekolah terlalu kecil untuk merasa sedih. Tapi ada penelitian terbaru yang menyatakan bahwa depresi klinis itu ternyata tidak mengenal usia. Depresi – bahkan keinginan untuk bunuh diri – sama berpengaruhnya pada balita dan remaja seperti pada orang dewasa.
Para peneliti di Washington University School of Medicine, mengemukakan bahwa anak-anak mengalami symptom depresi yang sama seperti yang sering ditemukan pada orang dewasa, bahkan sama tingkat keparahannya. Menurut the National Mental Health Association, satu dari tiga anak di Amerika menderita depresi. Namun, walaupun sudah berbicara mengenai statistik, depresi tetap merupakan penyakit yang tak terdeteksi dan tak terawat antara anak-anak dan remaja. Tidak seperti bintik-bintik merah pada penyakit campak, atau hidung yang memerah pada penyakit flu, simptom depresi tidaklah terlalu kongkrit, dan sebagai konsekuensinya, seringkali hal ini tidak terdeteksi oleh orang tua.
Apa sih tanda-tanda depresi kanak-kanak ? Apa saja perilaku yang perlu diawasi oleh orang tua? Biasanya anak-anak yang menderita depresi secara persisten selalu terganggu, menarik diri, dan lethargic, kata Dr Elizabeth Rody, direktur medis serta psikiater anak dan remaja untuk Magellan Behavioral Health di New Jersey. Anak yang depresi juga kehilangan minat untuk melakukan kegiatan yang sebelumnya sangat mereka sukai, sementara simptom lainnya meliputi :
• Tangis terus menerus dan kesedihan persisten
• Kurangnya antusiasme atau motivasi
• Meningkatnya kemarahan
• Kelelahan kronis atau kekurangan energi
• Menarik diri dari keluarga, teman dan aktivitas yang tadinya disukai
• Perubahan kebiasaan makan dan tidur (adanya kenaikan atau penurunan berat tubuh yang terlihat jelas, suka sekali tidur, sulit tidur)
• Keluhan yang sangat sering mengenai masalah fisik, seperti sakit perut atau pusing
• Kurangnya konsentrasi dan suka lupa
• Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan
• Sensitifitas berlebihan sampai penolakan atau kegagalan
• Perkembangan mayor yang tertunda (pada balita – tidak berjalan, berbicara atau mengekspresikan diri )
• Bermain yang melibatkan kekerasan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, atau dengan tema yang sedih.
• Seringnya muncul pembicaraan mengenai kematian atau bunuh diri.
Tidaklah biasa bagi anak-anak untuk tetap merasa bersedih dari waktu ke waktu. Dengan mengetahui ini, bagaimana orang tua dapat membedakan fluktuasi mood normal dari depresi yang serius ? Jawabannya adalah pada durasi dari perilaku depresif tersebut.
Menurut Mental Health: A Report of the Surgeon General, anak-anak depresi mengalami episode depresi yang biasanya bertahan dari tujuh sampai sembilan bulan, meskipun beberapa ahli perkembangan anak yang mengatakan bahwa perilaku depresif yang bertahan lebih dari dua minggu memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Tapi bagaimana pun juga, paling baik adalah untuk membiarkan profesional di bagian kesehatan mental untuk memutuskannya.


Depresi bukanlah satu-satunya alasan adanya perilaku ‘nakal’ anak. Masalah fisiologis, seperti malnutrisi, mononucleosis, alergi dan penyakit lainnya dapat menimbulkan mood yang marah-marah, keletihan dan penarikan diri. Ini mengapa Rody menekankan bahwa orang tua harus membawa anak mereka kepada dokter keluarga terlebih dulu, sebelum membuat janji dengan seorang profesional kesehatan mental.
Bila ternyata anak anda bukan mengalami masalah kesehatan umum, maka langkah selanjutnya adalah untuk membuat janji dengan psikiater atau psikolog anak dan remaja untuk evaluasi. Sebagai tambahan dari serangkaian tes psikologis dan kerja darah, orang tua juga harus siap untuk me-review seluruh sejarah kesehatan anak.
Meskipun penyebab pasti dari depresi kanak-kanak tidak juga diketahui, penelitian depresi pada orang dewasa menyatakan bahwa tergantung pada predisposisi genetis dan pengaruh lingkungan. "Sebagian dari lingkungan dan genetik," kata Rody. "Bila dibandingkan antara depresi dengan penyakit jantung. Anda dapat memiliki sejarah sakit jantung di keluarga dan pada waktu yang sama anda tidak menjaga pola hidup anda. Keduanya mungkin menyebabkan anda terkena serangan jantung. Depresi juga seperti itu, disebabkan oleh kombinasi kompleks dari berbagai faktor."
Anak-anak yang orang tua atau/dan saudaranya menderita depresi lebih mungkin mengembangkan simptom penyakit ini. Tidak mampu belajar (Learning disabilities), seperti tidak mampu berkonsentrasi/hiperaktif, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan disleksia juga berkontribusi pada timbulnya depresi kanak-kanak. Faktor lingkungan yang membuat anak-anak berisiko menderita gangguan depresi meliputi pelecehan fisik, seksual, dan verbal, anak yang terlantar dan adanya sejarah pemakaian obat-obatan dalam keluarga. Perceraian serta kehilangan orang yang dicintai juga dapat menimbulkan emosi yang labil pada anak-anak, tapi tidak selalu merupakan penyebab depresi.
Meskipun anak anda baru balita, emosinya sangatlah nyata. Para ahli percaya bahwa makin banyak orang tua memberi perhatian pada perasaan anaknya, maka makin baiklah kemampuannya untuk mencari bantuan pada depresi. "Jika anak anda mengatakan, ‘saya sangat sedih dan ingin lompat dari jendela’, sebaiknya anda memandang perkataan ini secara serius, " kata Rody memperingatkan. Tanyakan pada anak anda hal-hal di bawah ini untuk mengetahui penyebab kesedihan anak anda :
• Apa yang terjadi hari ini sehingga kamu sangat sedih ?
• Apa yang membuat kamu bahagia ?
• Apa sih yang kamu cari ?
• Apa yang kamu inginkan terjadi padamu ?
• Jika kamu dapat merubah dirimu, apa yang ingin kamu ubah ?
Perawatan bagi anak dan remaja yang menderita depresi termasuk kombinasi dari psikoterapi individu dan konseling keluarga. Supaya optimal, menurut Rody, terapi haruslah melibatkan orang tua, saudara dan orang yang penting dalam kehidupan sang anak, seperti guru dan kakek-nenek. Perawatan lainnya meliputi terapi bermain, evaluasi berkelanjutan dan pada beberapa kasus, menggunakan obat. Obat antidepresi seringkali digunakan untuk merawat kasus depresi menengah. Yang penting juga, belumlah diijinkan untuk memberikan obat antidepresi pada anak di bawah usia 8 tahun.
(bid/berbagai sumber)





selengkapnya......

SEPERTI APA, SIH, REAKSI EMOSI PADA BAYI

Monday, January 3, 2011


Jangan salah, bayi pun bisa menunjukkan emosinya. Entah yang baik maupun tidak. Asalkan ditangani dengan baik, reaksi emosi yang jelek tak bakalan menetap hingga besar.
Sering, kan, melihat bayi menangis kala ia lapar. Sebelum diberikan susu, ia tak akan berhenti menangis, bahkan tambah keras. Tapi bila kebutuhannya segera dipenuhi, akan berhenti tangisnya.
Nah, menangis pada bayi, selain sebagai salah satu bentuk komunikasi prabicara untuk memberitahukan kebutuhan/keinginannya, juga untuk menunjukkan reaksi emosinya terhadap suatu keadaan yang tak menyenangkan. Reaksi emosi bayi yang demikian, menurut Dra. Dewi Mariana Thaib, sebetulnya masih wajar, karena si bayi bereaksi terhadap suatu keadaan yang tak menyenangkan, yaitu lapar. "Hanya saja, kalau reaksinya berlebihan, semisal menangis terus, meski sudah diberikan susu, berarti ada sesuatu pada dirinya. Apakah dia sakit atau ada suatu kelainan pada sarafnya," terang psikolog dari RS Bunda, Jakarta ini.
Sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui dan mengenal reaksi emosi bayinya. Sebab, reaksi emosinya ini akan berpengaruh pula nantinya pada kehidupan si anak, terutama pada penyesuaian pribadi dan sosialnya. "Di usia satu tahun pertama ini, bayi sedang beradaptasi dengan udara, makanan, dan lingkungan sekitarnya. Di usia ini pulalah emosinya mulai berkembang." Itulah mengapa, orang tua harus memperhatikan betul kebutuhan fisik dan mentalnya, sampai sekecil apa pun.
DAPAT DIBEDAKAN
Pada awalnya, terang Dewi lebih lanjut, saat lahir, reaksi emosi bayi masih sederhana, yaitu hanya mengungkapkan emosi kesenangan dan ketidaksenangan. "Ia akan bereaksi senang bila kebutuhan menyusunya terpenuhi, dengan mengeluarkan suara yang tampak puas. Sebaliknya, ia akan bereaksi tak senang dengan menangis bila popoknya basah."
Yang pasti, pada bulan-bulan pertama, ia tak memperlihatkan reaksi secara jelas, yang menyatakan keadaan emosinya yang spesifik. Misal, marah. Semua rasa ketidaksenangan akan diekspresikan dengan tangisan. "Nah, pada bulan-bulan pertama ini, respon orang tua terhadap bayi pun akan berpengaruh nantinya. Misal, jika pemberian susunya terlambat sementara bayi sangat lapar atau popoknya basah didiamkan saja, maka bayi akan merasa tak nyaman. Meski dia hanya bisa bereaksi dengan menangis, tapi bibit-bibit emosi rasa kecewa dan marah mulai timbul."
Mulai usia dua bulan bayi bisa bereaksi tersenyum bila dirinya merasa senang atau gembira. Usia tiga bulan mulai bisa bereaksi dengan mengeluarkan bunyi-bunyi yang mengungkapkan kekesalan, bila dirinya kesal atau marah, semisal, dia tak bisa menggapai mainannya. Kadang juga diungkapkan dengan tangisan dan jeritan.
Usia 6-9 bulan sudah mengenal rasa takut. Bukankah saat itu ia sudah mengenal orang-orang di sekitarnya? Hingga, kalau ia ditinggal oleh orang tuanya, ia akan merasa takut dan mulai mengeluarkan suara-suara ketakutan atau menangis.
"Pokoknya, makin usia bayi meningkat, reaksi emosinya makin dapat dibedakan dan bertambah. Sebab, sejalan dengan bertambahnya umur dan semakin matangnya sistem saraf serta ototnya, bayi pun mengembangkan berbagai reaksi emosinya." Misal, kalau di usia 2 bulan emosi kegembiraannya diungkapkan dengan tersenyum saja, maka makin lama dia bisa mengekspresikan kegembiraannya dengan mengeluarkan suara-suara ataupun tertawa kala diajak bicara oleh orang tuanya. Bahkan, ketika dia sudah bisa jalan dan berlari, bila ada timbul rasa gembira, dia bisa melonjak-lonjak atau berlari-lari.
Demikian pula dengan emosi takut. Biasanya bayi takut dengan kamar gelap, binatang, berada sendirian, serta orang yang asing baginya. Mungkin awalnya, kalau takut ia hanya bereaksi dengan menangis. Seolah dirinya tak berdaya dan seperti meminta tolong. Makin bertambah usia dan motoriknya pun berkembang, ia bisa bersembunyi di balik tubuh ibunya atau memeluk ibunya, menarik selimut untuk menutupi wajahnya, atau berlari menghindar dari sesuatu yang membuatnya takut.
Akan halnya rasa marah, misal, di usia 6 ­9 bulan, kala bayi sudah bisa melempar benda atau menghentak-hentak kakinya, ketika emosi marahnya terangsang, bisa saja reaksinya dengan melempar. Ketika reaksi tersebut dirasa menyenangkan dan dapat memuaskan emosinya, maka akan diulang kembali. "Nah, untuk mengetahui apakah si bayi memang betul-betul dalam emosi marah atau hanya ingin mencoba-coba melempar benda dalam arti dirinya sedang bereksplorasi, tentunya orang tua harus melihat, apakah memang ada kebutuhannya yang tak dipenuhi atau ada sesuatu yang membuatnya marah ataukah tidak."
MASIH BISA DIUBAH
Jadi, orang tua harus mengetahui dan mengenal reaksi emosi bayinya, entah yang baik maupun tidak. Jangan sampai, reaksi emosi yang jelek berlanjut sampai si bayi besar. Pasalnya, nanti anak akan belajar menggunakan reaksi ini sebagai alat untuk mencapai tujuannya. Apalagi di masa-masa emosi sulit, yaitu usia 0 hingga balita. Bukankah tak jarang kita lihat, anak kecil yang kalau marah tiduran di lantai, duduk menghentak kaki, memukul, atau melempar segala macam benda?
"Sebetulnya, bila baru berusia sampai setahun, emosi bayi masih bisa berubah karena baru muncul dan baru akan berkembang," kata Dewi. Itulah mengapa, orang tua harus tetap waspada dengan emosi bayinya. "Jika ada reaksi emosinya yang kurang baik, paling tidak, kita bisa menekannya atau meminimalkannya." Dengan kata lain, orang tua harus melatih pengendalian diri anak sejak dini.
Tapi melatihnya harus dengan konsekuen, lo.

Misal, bila bayi ingin minum susu dan menangis tak sabar, maka ibu harus segera meresponnya. Kalaupun harus membuatkan dulu susu botol, maka buatlah di dekat si bayi sambil mengajaknya bicara. Misal, "Iya, sabar, ya, sayang. Ini Ibu sedang buatkan susunya. Ibu tahu, kok, kalau Adek lapar."
Bila si bayi sudah bisa merangkak dan kita lihat tampaknya dia kesal karena sulit menggapai mainan yang diinginkan, maka kita bantu untuk memudahkan dengan cara mainannya didekatkan. Ketika dia sudah bisa meraihnya, kita beri pujian, "Hore! Pintar anak Mama. Capek, ya? Ayo, kita duduk dulu."
Begitu juga kalau si bayi sudah mulai banyak motoriknya, seperti bisa jalan atau lari. Bila reaksi marahnya dengan cara fisik, seperti menendang, melempar, atau memukul, maka kita harus selalu memberi pengertian. "Kalau kamu marah, tidak boleh seperti itu. Nanti kaki kamu jadi sakit kalau menendang kursi itu. Kenapa kamu marah? Bilang, dong, sama Ibu." Jadi, anak dilatih untuk dapat mengendalikan fisiknya. Hingga nantinya kalaupun dia marah, mungkin tak sampai bereaksi berbahaya dengan fisiknya. Mungkin hanya mimik mukanya saja yang tampak memerah.
Menurut Dewi, biasanya seiring usia bertambah, reaksi emosi dengan menggunakan gerak fisik/otot makin berkurang. Apalagi ketika anak sudah bisa bicara, maka reaksi emosinya akan diwujudkan dengan reaksi bahasa yang meningkat.
JANGAN BANYAK LARANG
Namun, dalam melatih atau mendidik emosi anak, disarankan tak banyak larangan karena akan menimbulkan rasa takut pada anak. Misal, "Adek, jangan main ke situ, ada kecoa, lo. Nanti digigit!"
Sebetulnya, papar Dewi, usia bayi belum menyadari ada tidaknya bahaya bagi dirinya, tapi karena mimik muka ibunya dan nada suaranya menakutkan, maka mengkondisikan si bayi akan rasa takut. "Larangan boleh saja kalau memang ada yang membahayakan. Kalau tidak, sebaiknya dihindari." Namun, dalam memberitahukannya harus dengan bahasa dan mimik muka yang baik.
Yang jelas, bila sejak bayi dilatih pengendalian emosi dengan baik, maka reaksi emosinya bisa ditanganinya dengan baik pula. Meski mungkin sifat jeleknya tetap ada, tapi tak terlalu menonjol. "Jadi, ini merupakan tindak pencegahan pula dari reaksi emosi negatif yang tak diinginkan."
Ingat, lo, bila tak sejak dini kita melatihnya, maka akan sulit mengubahnya ketika anak bertambah usianya. Bahkan mungkin saja reaksi emosi tersebut akan menetap sampai si anak dewasa. Tentunya kita tak menginginkannya demikian, kan, Bu-Pak?

Dedeh Kurniasih
fr. tabloid-nakita.com

selengkapnya......

TAK USAH CEMASKAN POSISI TIDUR BAYI

Sunday, January 2, 2011


Bayi baru lahir cuma bisa tidur telentang. Setelah usia 3 bulan, bayi bisa memilih sendiri posisi tidur yang nyaman baginya. Sampai-sampai, ada bayi yang tidurnya lasak.
Kala si kecil baru lahir, sering kita dinasehati untuk mengubah-ubah posisi tidurnya, terutama agar kepalanya enggak peyang lantaran tidur telentang terus-menerus. Bahkan, ada yang menyarankan supaya bantalnya diisi beras karena beras itu akan mengikuti bentuk kepala bayi.
Memang, aku dr. Eric Gultom, SpA dari bagian perinatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo, bisa saja terjadi kepala peyang jika bayi tidur dengan satu posisi saja. "Kepala bayi baru lahir, kan, belum menyatu tulang-tulangnya, jaringan-jaringannya belum tumbuh, masih longgar, dan banyak air. Hingga, bila ada tekanan pada satu sisi yang signifikan dan terus-menerus, menyebabkan kepalanya jadi peyang," terangnya. Tapi begitu tekanan pada satu sisi ini hilang, peyangnya juga hilang karena tengkoraknya masih berkembang dan tumbuh. "Jadi masih banyak pertumbuhan yang akan terjadi seperti daging, kulit, otak, dan tulang kepalanya, hingga peyangnya bisa hilang dan kepala jadi bagus kembali."
Lain hal jika ada faktor keturunan, misal, si bapak punya kepala bagian belakang yang datar (enggak bulat). "Nah, kebetulan anaknya membawa gen dari orang tuanya, hingga ia pun bisa jadi peyang kepalanya." Namun begitu, kepala peyang tak perlu dikhawatirkan karena tak akan membuat bayi jadi sakit. Jika selama ini kepala peyang kerap dipersoalkan, semata cuma lantaran estetika saja. Jikapun si kecil punya kepala peyang, toh, tetap tak mengurangi kegantengan atau kecantikannya. Iya, kan, Bu-Pak?
TIDUR TENGKURAP
Sebenarnya, tutur Eric, posisi tidur bayi bisa bermacam-macam. Tentu pada bayi baru lahir sampai usia 3 bulan, posisinya cuma telentang karena memang kemampuan motoriknya baru sampai di situ. Nah, kita bisa membantu mengubah posisinya dengan dimiringkan ke kanan atau kiri maupun ditengkurapkan. Namun, posisi yang disebut terakhir, hingga kini masih kerap diperdebatkan.
"Di negara Barat, tidur tengkurap dikaitkan dengan SIDS, yaitu Sudden Infant Death Syndrome atau sindrom kematian mendadak pada bayi. Secara statistik atau epidemiologi penelitian, SIDS banyak terjadi pada bayi yang tidur tengkurap," terang Eric. Apa penyebabnya tak diketahui, tapi kemungkinan lebih sering terjadi karena sofokasi, yaitu tersedak atau tercekik saluran napasnya hingga napasnya berhenti.
Toh, kita tak perlu khawatir karena kasus SIDS jarang ditemui di Indonesia. Selain itu, tidur tengkurap justru lebih baik karena banyak manfaatnya. "Ada literatur yang menyatakan, dengan tidur tengkurap, bayi jadi lebih nyaman, bisa tidur nyenyak, tangisnya berkurang, gerak pernapasan dan perkembangan motoriknya juga lebih baik."
Jadi, dari hasil penelitian ada yang mendukung namun ada juga yang tidak. Nah, kita mengambil jalan tengah saja; boleh tidur tengkurap asalkan tetap diawasi karena alasan sofokasi tadi yang bisa saja terjadi. Selain, harus diperhatikan pula apakah si bayi bermasalah atau tidak semisal lahir prematur.
MENCEGAH GUMOH
Kebanyakan bayi yang lahir sakit dalam arti dirawat di RS karena lahir prematur, minumnya pakai selang atau masih pakai bantuan mesin pernapasan, tidurnya diposisikan tengkurap atau miring ke kanan. Ini dikaitkan dengan waktu pengosongan lambung jadi lebih mudah. "Pintu lambung itu, kan, ada di sebelah kanan. Jadi, kalau dimiringkan ke kanan, minuman yang diminumnya masuk ke usus-usus hingga pintu pengosongannya lebih cepat," jelas Eric. Selain, posisi kepala yang agak lebih tinggi juga membantu dalam hal gravitasinya.
Itulah mengapa, kala bayi hendak dibawa pulang, pihak RS kerap menganjurkan agar bayi sering ditidurkan dalam posisi miring. Begitupun tidur tengkurap, "minuman yang masuk akan langsung masuk ke lambung, hingga bisa mencegah terjadi gumoh lebih banyak." Namun posisi-posisi ini lebih dianjurkan pada bayi yang menyusui dan umumnya usia di bawah sebulan. Soalnya, kalau sudah makan makanan padat seperti di usia 5 bulan ke atas, "posisi tak berpengaruh terhadap pengosongan lambung, karena di usia tersebut sudah jarang gumoh."
TIDUR LASAK
Setelah usia 3 bulan,


tidurnya tak lagi cuma telentang karena kini ia sudah banyak bergerak dan bisa berguling. Ia akan mencari posisi yang dirasanya enak semisal tengkurap. Tidurnya pun bisa berpindah-pindah alias lasak. Umumnya mengikuti pergerakan atau insting bayi di dalam rahim. "Nggak masalah, kok, selama hal itu tak menyebabkannya sakit. Malah boleh dibilang, perkembangan motoriknya bagus," tutur Eric. Tapi, apakah tidur lasak ini akan berlanjut atau tidak sampai besar, tak bisa dipastikan karena tak ada dasar ilmiahnya.
Perlu diketahui, bayi punya refleks dan insting sendiri untuk mencari posisi tidur yang paling enak, nyaman, dan tak membahayakan dirinya. Jadi, tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan posisi tidur si kecil, ya, Bu-Pak. Sekalipun saat terbangun dari tidur, ia sudah berada di posisi yang berbeda dengan saat ia mulai tidur. Yang penting diperhatikan, pagar pengaman sekeliling tempat tidur si kecil harus cukup kuat. Hingga, selasak apapun si kecil tak akan membuatnya terjatuh dari tempat tidur lantaran pagar pengamannya kuat. Tentu tempat tidurnya juga jangan terlalu tinggi, ya.
POSISI TIDUR TAK NORMAL
Bahwa ada posisi tidur yang membedakan antara bayi sehat atau tidak, memang benar. Perbedaan ini dilihat dari letak tangan, kaki, dan kepala. Dari situ dokter bisa mengetahui kelainan yang terjadi pada si bayi. Sayang, posisi tidur yang tak normal ini hanya "milik dokter", sebagaimana dikatakan Eric, "posisi-posisi tidur bayi yang sakit ini tak perlu diketahui khalayak umum karena lebih untuk kepentingan klinik, bukan perawatan di rumah."
Lagi pula, kejadiannya hanya ada di RS, jadi sebelum si bayi dibawa pulang. Bukankah kalau bayi sudah boleh dibawa pulang berarti ia sudah dinyatakan sehat oleh dokter? Jadi, posisi tidurnya pun sudah normal. "Hampir tak pernah ada bayi sehat yang dibawa pulang lalu datang kembali ke rumah sakit dengan keluhan posisi tidurnya, tapi lebih pada keluhan karena tiba-tiba ada sesuatu yang menyebabkan si bayi masuk rumah sakit seperti malas minum, suhu meningkat, muntah, mencret, dan sebagainya," tutur Eric.
Nah, sekarang sudah tak khawatir lagi, kan, Bu-Pak?

Dedeh Kurniasih .
Sumber: tabloid-nakita.com

selengkapnya......

Mengapa nafas bayi berbunyi?

Saturday, January 1, 2011



Hampir 80% anak-anak yang menderita asma menunjukkan beberapa gejala alergi di awal-awal kelahiran mereka. Namun demikian tidak selalu alergi penyebabnya bisa dikenali.
Itulah sebabnya Sekolah Kedokteran Harvard dan Sekolah Kedokteran Universitas Virginia bekerjasama untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang umum ditemukan pada bayi yang mengalami nafas berbunyi di awal kehidupan mereka.
Sebagaimana dilaporkan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, ternyata bayi yang nafasnya berbunyi ketika baru lahir bisa disebabkan karena berat badan saat kelahiran yang rendah, mereka yang mengalami infeksi saluran pernafasan, dan pengaruh ibu bayi yang perokok.
Selain itu,


salah satu faktor yang berisiko yang menyebabkan nafas berbunyi pada bayi adalah adanya masalah kebersihan dan pendapatan keluarga yang kurang, yang kemudian menimbulkan kehadiran kecoa di dalam rumah.

fr.satumed.com -

selengkapnya......
 
 
 

About Me

Total Pageviews