PEMBERIAN ASI : MENYEHATKAN IBU

Saturday, December 26, 2009




Sekian lama masyarakat hanya tahu manfaat pemberian ASI untuk bayi. Padahal, ibu pun banyak mendapat manfaat.


Ya, besarnya manfaat ASI bahkan telah dikampanyekan oleh UNICEF (United Nations Children's Fund) melalui Pekan Menyusui Sedunia atau World Breastfeeding Week yang diselenggarakan setiap tanggal 1-7 Agustus. Kampanye itu antara lain mengajak masyarakat di seluruh dunia, terutama kaum ibu, untuk memberikan manfaat ASI kepada bayi serta mengenal manfaat pemberian ASI bagi dirinya sendiri.

Barangkali, sebagian besar dari kita sudah menyadari bahwa secara garis besar, bayi akan mendapat empat manfaat terpenting dari ASI, yaitu memberi nutrisi terbaik, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan, dan tentu saja sangat berguna dalam meningkatkan jalinan kasih sayang. Namun sebaliknya, pengetahuan tentang manfaat menyusui bagi ibu belum banyak yang tahu. Padahal, keyakinan ibu yang mantap akan manfaat ASI bagi bayi dan dirinya sendiri akan menciptakan motivasi yang kuat. Dengan motivasi itu, diharapkan ibu mau ngebela-belain menyusui anaknya.

SYARAT MENDAPATKAN MANFAAT

Ibu yang menginginkan manfaat optimal dari pemberian ASI, pertama-tama harus paham bahwa untuk itu diperlukan dua syarat utama. Seperti dijelaskan dr.Utami Roesli, Sp.A, MBA, IBCLC, yang juga Ketua Lembaga Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu RS. Sint. Carolus, Jakarta, syarat pertamanya adalah pemberian ASI harus dilakukan dengan baik sehingga terjadi keberhasilan menyusui. Kedua, pemberian ASI harus dilakukan secara eksklusif paling sedikit selama 4 bulan dan lebih baik lagi jika sampai 6 bulan.

Pemegang gelar konsultan laktasi, International Board Certified Lactation Consultant (IBCLC) ini lantas menerangkan bahwa pemberian ASI yang baik adalah yang sesuai kebutuhan bayi. Istilahnya on demand. "Kalau ASI diberikan pada saat anak sudah menangis, sebenarnya itu sudah terlambat, karena sudah kelamaan," katanya.

Jadi, keberhasilan menyusui harus diawali dengan kepekaan terhadap waktu tepat saat pemberian ASI. Kalau diperhatikan dengan baik, sebelum sampai menangis, bayi sudah bisa memberikan tanda-tanda kebutuhannya akan ASI. Antara lain, berupa gerakan-gerakan memainkan mulut dan lidah atau memainkan tangan di mulut.

Namun demikian, ketepatan waktu saja tidak cukup. Buktinya, tak jarang kegagalan dalam menyusui masih terjadi. Jika hal itu terjadi, ibu jangan lekas putus asa. Harus dipahami, kegagalan biasanya disebabkan teknik dan posisi menyusui yang kurang tepat, bukan karena produksi ASI-nya yang sedikit. "ASI sendiri sebenarnya tak pernah kurang, karena produksinya akan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Bahkan, ada ibu yang produksi ASI-nya bisa sampai 2 liter per hari."

Kegagalan teknis menyusui bisa terjadi, misalnya karena bayi yang bersangkutan penah menggunakan dot. Bagaimanapun, cara minum ASI secara langsung dengan menggunakan dot berbeda sekali. "Dengan dot, susu sudah akan keluar walau hanya ujungnya saja yang diisap. Sementara kalau menyusu pada ibunya, bayi harus membuka mulut lebar-lebar. Nah, menyusui pada ibu dengan cara seperti mengisap dot tak akan bisa mengeluarkan ASI dengan baik," ungkap Utami.

Di luar itu, keadaan psikologis ibu juga harus menunjang karena pengaruhnya terhadap keberhasilan atau kegagalan menyusui sangat besar. "Sering, kan, dijumpai keadaan ibu yang terlalu khawatir bahwa dirinya tidak akan bisa menyusui?" Padahal, sebenarnya dia tidak bermasalah. "Justru karena ia terlalu khawatir, proses menyusui itu tidak berhasil. Padahal kalau ia yakin dirinya dapat menyusui, tak akan ada masalah."

Tak jarang juga ibu merasa gagal karena bayinya hanya minum sedikit. Dalam hal itu Utami mengingatkan, "Sebenarnya harus dilihat dulu, bagaimana keadaan si bayi. Sebab pada keadaan tertentu ia memang tidak terlalu lapar, hanya haus sedikit. Nah, pada saat ini tentunya ia tidak membutuhkan banyak susu."

MENGHENTIKAN PERDARAHAN

Jika ibu dilanda kecemasan seperti itu, contoh akibatnya yang jelas antara lain hormon oksitosin ibu tidak akan keluar. Padahal hormon ini merupakan salah satu hormon yang berperan dalam proses produksi ASI. "Sebaliknya kalau ibu merasa tenang, hatinya senang, hormon oksitosin bisa keluar dan bekerja dengan baik."

Oksitosin berpengaruh dalam proses pengeluaran ASI dari kelenjar susu. Adanya hormon ini akan membuat otot saluran ASI berkontraksi, sehingga ASI dalam kelenjar susu bisa keluar ke ujung salurannya untuk kemudian diisap bayi dengan mudah. Sebaliknya, selama ASI digunakan, produksi oksitosin pun akan berlangsung terus.

Bagi ibu, manfaat oksitosin ini juga nyata. Selain mengerutkan otot-otot saluran untuk pengeluaran ASI, hormon ini juga mengakibatkan otot-otot polos rahim berikut pembuluh darahnya mengkerut. Efek ini akan bekerja maksimal jika setelah melahirkan, ibu langsung mulai menyusui bayinya.

Dengan begitu, penyempitan pembuluh darah yang terbuka saat melahirkan bisa dipercepat. "Hal ini jelas berdampak positif, karena perdarahan di rahim bekas proses persalinan akan cepat terhenti. Kalau otot-otot di rahim mengkerut, otomatis pembuluh darah yang terbuka itu akan terjepit sehingga perdarahan akan segera berhenti," urai Utami.

Khusus di Indonesia, angka kematian ibu saat melahirkan sangat tinggi dan salah satu penyebabnya adalah perdarahan setelah melahirkan. Padahal, sebenarnya kalau ibu melakukan pemberian ASI dengan baik, kejadian perdarahan bisa dikurangi dan risiko kematian bisa diperkecil. Pun, jika perdarahan setelah melahirkan semakin cepat berhenti, risiko kekurangan darah yang menyebabkan anemia pada ibu akan berkurang.

MENCEGAH KANKER DAN KEHAMILAN

Jika manfaat sebelumnya, yaitu peningkatan hormon oksitosin didasari oleh keberhasilan menyusui, maka manfaat berikutnya, yaitu penurunan risiko kanker pada ibu yang memberikan ASI secara eksklusif. "Bagaimana mekanisme pemberian ASI ini bisa sampai mengurangi risiko kanker memang belum bisa dipahami secara pasti," aku Utami, "Tetapi dari penelitian yang dilakukan, didapat kenyataan yang jelas bahwa ibu yang memberikan ASI secara eksklusif memiliki risiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil dibanding daripada yang tidak menyusui secara eksklusif."

Ada lagi manfaat pemberian ASI eksklusif, yaitu sebagai alat kontrasepsi alamiah. Bahkan, seperti ditegaskan Utami, kemungkinannya untuk mencegah kehamilan bisa mencapai 99 persen. Namun, untuk itu ibu harus betul-betul memberikan ASI-nya secara eksklusif. Maksudnya, ASI diberikan kepada bayi secara murni, tidak dicampur-campur atau bayi tidak diberi tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, maupun makanan lain seperti pisang, bubur susu, biskuit, dan lainnya. ASI eksklusif ini diberikan setidaknya selama 4 bulan, dan lebih baik sampai 6 bulan kalau memungkinkan. Pun, fungsi kontrasepsi ini baru efektif bila selama memberikan ASI eksklusif ibu juga belum mengalami menstruasi. Bila memang ibu sudah mengalaminya setelah melahirkan, ya, acara menyusui ini tak lagi efektif mencegah kehamilan berikut.

Sebetulnya, jika kedua persyaratan itu terpenuhi akan berlangsung mekanisme di mana terjadi perubahan hormon reproduksi pada ibu yang mengakibatkan terhentinya proses ovulasi atau pelepasan sel telur ke arah rahim. Jika tak ada sel telur yang dilepaskan, tentunya proses pembuahan oleh sel sperma dari pasangan tak akan bisa terjadi.

IBU LEBIH CEPAT PULIH

Begitu pula, ibu yang menyusui secara eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. "Pada saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada janin, juga karena penimbunan lemak pada tubuh," papar Utami.

Cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Nah, dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Logikanya, jika timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti sebelum hamil.

Jadi, banyak sekali, kan, manfaat menyusui yang bisa dipetik ibu selain bayinya? Belum lagi, seperti dibilang Utami, dengan menyusui rahim akan lebih cepat kembali ke posisi semula. Tentu saja hal ini menandakan pemulihan fisik ibu yang nyata. So, mau tahu, apa yang bisa dilakukan jika fisik ibu sudah pulih? Salah satunya, tentu saja hubungan seksual suami istri bisa cepat kembali seperti sebelum hamil. Nah, menyenangkan, bukan?


fr. Martin Leman Dint's/nakita

0 komentar:

Post a Comment

 
 
 

About Me

Total Pageviews